Bursa Asia Dibuka Cerah Lagi, Tapi Hang Seng-Shanghai Galau

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
22 June 2022 08:47
People walk past an electronic stock board showing Japan's Nikkei 225 index at a securities firm in Tokyo Wednesday, July 10, 2019. Asian shares were mostly higher Wednesday in cautious trading ahead of closely watched congressional testimony by the U.S. Federal Reserve chairman. (AP Photo/Eugene Hoshiko)
Foto: Bursa Asia (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik kembali dibuka menguat pada perdagangan Rabu (22/6/2022), menyusul cerahnya bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa kemarin waktu AS.

Hanya indeks Hang Seng Hong Kong yang dibuka di zona merah pada hari ini, yakni melemah 0,42%.

Sedangkan sisanya dibuka di zona hijau. Indeks Nikkei Jepang dibuka melesat 0,7%, Shanghai Composite China naik tipis 0,09%, Straits Times Singapura menguat 0,16%, ASX 200 Australia bertambah 0,28%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,23%.

Dari Jepang, bank sentral (Bank of Japan/BoJ) telah mengumumkan hasil rapat kebijakan moneternya pada hari ini. Sebelumnya pada Jumat pekan lalu, BoJ kembali mempertahankan suku bunga acuannya di level rendah yakni di -0,1%.

Para ahli sebelumnya mengatakan bahwa fokus utama bank sentral Negeri Sakura bukanlah untuk mengendalikan nilai tukar, tetapi untuk mengendalikan inflasi.

"Banyak anggota menyatakan pandangannya bahwa inflasi yang mendasari, diukur dengan IHK tidak termasuk faktor-faktor seperti energi, tetap relatif rendah," ungkap dari hasil risalah BoJ tersebut.

Sebagian besar anggota dewan kebijakan BOJ mengharapkan suku bunga jangka pendek dan jangka panjang untuk tetap pada level saat ini atau lebih rendah.

Bursa Asia-Pasifik yang cenderung kembali cerah terjadi di tengah bergairahnya bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan Selasa kemarin, meski kekhawatiran pasar masih ada setidaknya hingga beberapa hari kedepan

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melonjak 2,15% ke 30.530,25, S&P 500 melompat 2,45% ke 3.764,79, dan Nasdaq Composite melejit 2,51% ke 11.069,3.

Sektor energi menjadi pengerek utama pergerakan S&P menyusul kenaikan harga minyak mentah. Saham sektor energi naik 5,1% kemarin.

Pekan lalu, ketiga bursa tersebut menjalani pekan yang brutal karena banyaknya aksi jual menyusul keputusan bank sentral AS (The Federal Reserve/Fed) menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bp)

Indeks S&P 500 anjlok 5,8% pekan lalu dan menjadi penurunan terbesar sejak Maret 2020 hingga memasuki bear market (zona penurunan).

Indeks Dow Jones ambles 4,8% pekan lalu hingga berada di bawah level 30.000 untuk pertama kalinya sejak Januari 2021. Nasdaq juga melemah 4,89% dan berada 33% dari rekor tertingginya.

Mayoritas indeks saham utama AS mengalami penurunan selama sepuluh pekan karena kekhawatiran bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga secara agresif untuk menjinakkan inflasi dengan risiko menyebabkan penurunan ekonomi.

Bayang-bayang resesi makin dekat setelah sejumlah data ekonomi mulai dari penjualan ritel, indeks kepercayaan konsumen, inflasi, serta penjualan rumah baru memburuk.

Goldman Sachs bahkan memperkirakan kemungkinan AS jatuh ke jurang resesi dalam setahun ke depan meningkat menjadi 30% dari sebelumnya 15%.

"Meningkatnya kekhawatiran akan perlambatan ekonomi menghinggapi investor. Inflasi kini menjadi perhatian utama investor karena mereka juga tengah mencermati apakah kekhawatiran mereka menjadi kenyataan atau tidak," tutur David Sneddon dari Credit Suisse, seperti dikutip dari CNBC International.

Kendati mulai bergairah, kekhawatiran masih menyelimuti pergerakan bursa AS. Banyak investor yang khawatir jika menguatnya bursa saham AS pada Selasa kemarin hanya akan berlangsung singkat mengingat pasar masih diliputi kekhawatiran resesi.

"Pertanyaan besar sekarang adalah apakah rebound ini memang suatu pembalikan atau karena memang pasar sudah mencapai bottom. Saya pikir, ini mungkin memang pembalikan karena kekhawatiran yang memicu sell-off hilang," tutur Sam Stovall, dari CFRA Research seperti dikutip dari CNBC International.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular