Saham BBKP Longsor Nyaris 32% Sejak Awal Tahun, Ada Apa?

Riset, CNBC Indonesia
21 June 2022 12:55
Pengunjung melintas di depan layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Kamis, 12 Maret 2020. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 5,01% ke 4.895,75. Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dihentikan sementara (trading halt) setelah  Harga tersebut ke 4.895,75 terjadi pada pukul 15.33 WIB.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: IHSG Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten perbankan PT Bank KB Bukopin Tbk (BBKP) ditutup stagnan di Rp 184/unit pada perdagangan sesi I Selasa (21/6/2022).

Saham BBKP ditransaksikan di rentang harga Rp 183-185 per unitnya pada perdagangan intraday.

Saham bank yang kini dikuasai oleh bank raksasa Korea tersebut sudah ditransaksikan sebanyak 1.071x dengan nilai transaksi mencapai Rp 4,87 miliar.

Saham BBKP terus bergerak downtrend. Sejak awal tahun nilai kapitalisasi pasar BBKP telah tergerus 31,85%.

Namun pola koreksi tajam terjadi sejak 9 Februari 2022. Kala itu harga penutupan saham BBKP di Rp 292/unit.

Artinya sejak pola downtrend dimulai, harga saham BBKP sudah melorot 36,98%.

Dari sisi kinerja keuangan, BBKP membukukan rugi bersih senilai Rp 1,32 triliun pada kuartal I-2022.

Nilai rugi bersih BBKP mengalami pembengkakan dari periode yang sama tahun lalu yang hanya sebesar Rp 167 miliar saja.

Sebenarnya dari sisi pendapatan bunga cenderung meningkat pesat. Pada 31 Maret 2022, BBKP membukukan pendapatan bunga bersih senilai Rp 322,6 miliar naik 77% dibanding periode yang sama tahun lalu yang hanya mencapai Rp 182 miliar.

Pendapatan bunga BBKP cenderung turun dari Rp 1,09 triliun tahun lalu menjadi Rp 1,01 triliun. Namun beban bunga menurun drastis dari Rp 903 miliar tahun lalu menjadi Rp 692 miliar per Maret 2022.

Usut punya usut BBKP mencatatkan kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) yang besar mencapai Rp 1,59 triliun secara konsolidasian.

Faktor inilah yang membuat rugi bersih BBKP sampai bengkak di kuartal pertama tahun ini.

Kemudian dari sisi rasio, NIM BBKP tercatat mengalami perbaikan dari 0,94% menjadi 1,71% didukung oleh penurunan biaya dana (cost of fund/CoF) di tengah tren penurunan imbal hasil dari aset produktifnya.

Namun di sisi lain rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) BBKP bengkak dari 9,63% menjadi 11,76% jauh di atas rata-rata industri perbankan nasional yang hanya di kisaran 3%.

Kenaikan kredit macet inilah yang menjadi salah satu pemicu terbesar tingginya beban pencadangan bank yang kini dikuasai oleh Kookmin Bank asal Negeri Ginseng tersebut.

Selain itu, dari sisi neraca, penyaluran kredit BBKP terkontraksi 3% dari Rp 55,9 triliun pada Maret 2021 menjadi Rp 54,2 triliun per Maret 2022.

Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) BBKP tercatat masih tumbuh 7,7% dari Rp 45,6 triliun pada Maret 2021 menjadi Rp 49,1 triliun per akhir Maret 2022.


(trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wah! Aespa 'Ngajak' Nabung di Bank KB Bukopin

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular