Investor Lepas SBN di Awal Pekan, Harganya Kembali Melemah

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Senin, 20/06/2022 19:21 WIB
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBCIndonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup melemah pada perdagangan Senin (20/6/2022) awal pekan ini, di mana pelaku pasar akan menanti pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) pada Kamis mendatang.

Mayoritas investor kembali melepas SBN pada hari ini, ditandai dengan naiknya imbal hasil (yield). Hanya SBN tenor 1 dan 25 tahun yang ramai diburu oleh investor, ditandai dengan turunnya yield dan menguatnya harga.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 1 tahun melemah signifikan 10,6 basis poin (bp) ke 4,285%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 25 tahun turun 2,2 bp ke 7,56%.


Sementara untuk yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara kembali menguat 3,3 bp ke 7,499% pada perdagangan hari ini.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Di Indonesia, pelaku pasar menanti pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia Kamis nanti. BI pada bulan lalu masih mempertahankan suku bunga acuannya di level 3,5%.

"BI tentu saja tidak harus terpaksa menaikkan suku bunga," kata Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam seminar INDEF bertajuk Managing Inflation to Boost Economic Growth, Rabu (15/6/2022) lalu.

Menurut Perry, langkah normalisasi yang dijalankan BI adalah kenaikan giro wajib minimum (GWM) perbankan.

"Kami tetap akan dan sudah melakukan normalisasi, dengan menaikkan GWM. Bahkan dengan RDG kami percepat normalisasi likuiditas tadi tanpa mengganggu perbankan menyalurkan kredit," jelasnya.

BI akan tetap terus memantau perkembangan ke depan, khususnya dari sisi global, baik perang Rusia dan Ukraina hingga arah kebijakan moneter negara di dunia.

Sementara itu dari Amerika Serikat (AS), pasar obligasi pemerintah (US Treasury) pada hari ini tidak dibuka karena sedang libur memperingati hari emansipasi.

Tetapi pada perdagangan akhir pekan lalu, yield Treasury tenor 10 tahun ditutup melemah 6,6 bp ke 3,239%. Meski mulai melandai, tetapi yield Treasury tenor 10 tahun masih dinilai cukup tinggi, karena masih di kisaran 3%.

Masih tingginya yield Treasury terjadi karena investor cenderung merespons negatif dari kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang naiknya cukup signifikan.

Sebelumnya pada Rabu pekan lalu waktu AS, The Fed kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 bp, di mana kenaikan ini merupakan yang terbesar sejak 1994.

Anggota Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) menegaskan kembali komitmen The Fed untuk menstabilkan inflasi dan menunjukkan bahwa kenaikan suku bunga yang lebih kuat ada di depan.

Para pejabat juga memangkas prospek pertumbuhan ekonomi atau Produk Domestik Bruto (PDB) AS pada 2022 menjadi hanya 1,7%, dari sebelumnya sebesar 2,8%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Modal Pasar Saham & SBN Tarik Investor Saat Iran-Israel Panas