Mayoritas Bursa Asia Masih Kebakaran, Kecuali Hang Seng-IHSG

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
20 June 2022 17:13
A woman walks by an electronic stock board of a securities firm in Tokyo, Monday, Dec. 2, 2019. Asian stock markets have risen after Chinese factory activity improved ahead of a possible U.S. tariff hike on Chinese imports. Benchmarks in Shanghai, Tokyo and Hong Kong advanced. (AP Photo/Koji Sasahara)
Foto: Bursa Jepang (Nikkei). (AP Photo/Koji Sasahara)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik ditutup bervariasi dengan mayoritas melemah pada perdagangan Senin (20/6/2022) awal pekan ini, di mana investor merespons dari kebijakan suku bunga acuan terbaru bank sentral China.

Indeks Nikkei Jepang ditutup melemah 0,74% ke posisi 25.771,22, Shanghai Composite China turun tipis 0,04% ke 3.315,43, ASX 200 Australia terkoreksi 0,64% ke 6.433,4, Straits Times Singapura turun tipis 0,05% ke 3.096,4, dan KOSPI masih ambruk 2,04% ke 2.391,03.

Sementara untuk indeks Hang Seng Hong Kong menguat 0,42% ke posisi 21.163,91 dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir terapresiasi 0,57% ke 6.976,377.

Saham Alibaba yang terdaftar di bursa Hong Kong terpantau melemah 0,1%, setelah Reuters melaporkan bahwa bank sentral China (People Bank of China/PBoC) telah menerima aplikasi Ant Group yang berafiliasi dengan Alibaba untuk membentuk perusahaan induk keuangan, menghidupkan kembali harapan untuk potensi listing untuk Ant Group.

Dari China, bank sentral (People Bank of China/PBoC) memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga pinjaman acuan hari ini, di mana suku bunga loan prime rate (LPR) tenor 1 tahun masih berada di 3,7%, sedangkan LPR tenor 5 tahun masih di 4,45%.

Hal ini sesuai dengan prediksi pelaku pasar dalam survei Reuters yang memperkirakan PBoC masih akan mempertahankan suku bunga pinjamannya hari ini.

Dengan dipertahankannya suku bunga, PBoC melihat perekonomian China mulai berangsur pulih setelah kebijakan karantina wilayah (lockdown) kembali diterapkan di beberapa wilayah.

Kali terakhir PBoC memangkas LPR pada Januari lalu guna memacu perekonomian.

Selain itu, kebijakan tersebut menjadi indikasi PBoC mengantisipasi lonjakan inflasi, sebab bank sentral pimpinan Yi Gang tersebut sebelumnya diperkirakan akan memangkas suku bunga guna memacu perekonomian.

Selain itu, dengan dipertahankannya suku bunga, selisih dengan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) tentunya tidak semakin menyempit, sehingga menghindari terjadinya capital outflow.

Bursa Asia-Pasifik yang secara mayoritas melemah juga terjadi setelah menghijaunya dua indeks utama di bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street pada perdagangan Jumat pekan lalu.

Pada perdagangan Jumat pekan lalu, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,13%. Tetapi untuk S&P 500 dan Nasdaq, keduanya berhasil ditutup di zona hijau. S&P 500 ditutup menguat 0,21% dan Nasdaq melonjak 1,43%.

Meski S&P 500 mulai rebound, tetapi secara keseluruhan, S&P masih anjlok 5,8% sepanjang pekan lalu. Pelemahan tersebut adalah yang terbesar sejak Maret 2020 atau saat periode awal pandemi Covid-19.

Dow Jones sepanjang pekan lalu juga masih ambles 4,8%, yang merupakan penurunan terbesar sejak Oktober 2020. Pada Kamis pekan lalu, untuk pertama kalinya sejak Januari 2021, Dow Jones juga ditutup di bawah 30.000.

Bursa AS menjalani pekan yang sangat berat pada pekan lalu dipicu kenaikan suku bunga acuan The Fed, tingginya inflasi, dan ancaman resesi.

Lonjakan inflasi membuat pasar khawatir The Fed akan mengambil kebijakan yang lebih agresif. Kebijakan tersebut dikhawatirkan bisa memukul perekonomian AS dan membawa Paman Sam ke lembah resesi.

Kekhawatiran resesi semakin kuat setelah indikator ekonomi AS yang dikeluarkan pada pekan lalu memburuk, termasuk penjualan ritel dan pembangunan rumah baru.

Penjualan ritel dan layanan konsumsi makanan terkontraksi 0,3% (month-to-month/mtm) pada Mei tahun ini. Data ini di bawah ekspektasi pasar yang memproyeksikan penjualan bakal tumbuh 0,1%.

Data tersebut juga berbanding terbalik dibandingkan yang tercatat di April di mana penjualan ritel dan layanan konsumsi makanan masih tumbuh 0,7%.

Sementara itu, pembangunan rumah baru di AS melemah 14,4% pada Mei menjadi 1,55 juta. Pembangunan rumah baru tersebut menjadi yang terendah sejak April 2020.

Pada hari ini, bursa saham Negeri Paman Sam tidak dibuka karena sedang libur memperingati hari emansipasi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular