Harga Nikel Lagi Melorot Tapi Tenang, Permintaan Diramal Naik
Jakarta, CNBC Indonesia - Kekhawatiran mengenai resesi membebani harga logam dasar dunia, termasuk nikel.
Pada Senin (20/6/2022) pukul 16.00 WIB harga nikel dunia tercatat US$ 25.455/ton, melemah 0,83% dibandingkan dengan harga penutupan akhir pekan lalu.
"Logam dasar ShFE dan LME sebagian besar ditutup di zona negatif karena pelaku pasar kembali sangat khawatir tentang resesi ekonomi," kata analis SMM, Senin (20/6/2022).
Menurutnya kekhawatiran resesi timbul setelah bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) mengatakan "bahasa melawan inflasi yang paling hawkish hingga saat ini". Serta komitmen untuk memulihkan stabilitas harga adalah "tak bersyarat".
The Fed menaikkan suku bunga sebesar 0,75% menjadi 1,75%. Kenaikan ini lebih tinggi dari konsensus awal yang memperkirakan The Fed hanya akan menaikkan suku bunga sebesar 0,5%.
Naiknya suku bunga dipandang investor dapat mengerem lau pertumbuhan ekonomi dunia. Hal ini dikhawatirkan akan memangkas permintaan global untuk nikel.
"Kekhawatiran pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah karena bank sentral menaikkan suku bunga membebani sentimen di pasar logam dasar," kata ahli strategi komoditas di ANZ dalam sebuah catatan.
Harga nikel dunia tidak turun lebih dalam ditopang oleh langkah-langkah stimulus baru yang diumumkan oleh pemerintah China pada 31 Mei 2022, yang akan memberikan dukungan sisi permintaan saat ini.
"Sejumlah langkah stimulus akan meningkatkan permintaan nikel, termasuk aturan baru untuk peningkatan kuota kepemilikan mobil, pengurangan pajak pembelian untuk kendaraan tertentu, dan insentif untuk meningkatkan pembangunan infrastruktur," tulis Fitch dalam laporannya.
"Bersama-sama, langkah-langkah ini akan membantu membalikkan tren penurunan permintaan yang terlihat selama kuartal kedua 2022 dan mendorong harga lebih tinggi dalam jangka pendek."
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras)