Kripto Hancur, Krisis Efek Lehman-Brothers Bisa Terulang?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
20 June 2022 14:10
iklan yang menampilkan token cryptocurrency Bitcoin di Hong Kong,
Foto: Pejalan kaki melewati iklan yang menampilkan token cryptocurrency Bitcoin di Hong Kong, Selasa (15/2/2022). (Photo by Anthony Kwan/Getty Images)

Di AS, meskipun beberapa trader ritel telah terpukul oleh krisis likuiditas yang menerpa salah satu perusahaan kripto baru-baru ini, tetapi kerugian keseluruhan di pasar kripto masih relatif lebih kecil dibandingkan dengan kekayaan bersih rumah tangga AS senilai US$ 150 triliun.

Menurut riset dari Goldman Sachs pada Mei lalu, investor terutama investor ritel yang memiliki kripto hanya terdiri dari 0,3% dari nilai rumah tangga di AS, dibandingkan dengan 33% yang diikat dalam ekuitas.

Goldman pun memperkirakan bahwa hambatan pengeluaran agregat dari penurunan harga kripto baru-baru ini menjadi "sangat kecil."

Pebisnis, presenter televisi, sekaligus chairman dari O'Shares Investment Advisers and Beanstox, yakni Kevin O'Leary juga memiliki portofolio kripto sekitar 20%. Bahkan, dia juga mengalami kerugian akibat jatuhnya pasar kripto.

Tetapi, dia tidak menyesalinya dan menyalahkan keadaan, karena sifatnya yang terdesentralisasi, sehingga faktor kejatuhannya dianggap tidak terlalu berdampak pada ekonomi di AS.

"Bagusnya adalah Bitcoin atau Ethereum sifatnya terdesentralisasi. Bukan hanya investor Amerika yang terekspos, jadi jika Bitcoin turun, itu tidak masalah karena tersebar di mana-mana," kata O'Leary, dilansir dari CNBC International.

Bahkan, beberapa analis di Wall Street percaya bahwa dampak proyek kripto yang gagal adalah hal yang baik untuk sektor ini secara keseluruhan, di mana hal ini menjadi semacam stress test untuk mengukur kelemahan model bisnis yang ada di industri kripto.

"Runtuhnya model bisnis yang lebih lemah seperti TerraUSD dan Luna kemungkinan sehat untuk kesehatan jangka panjang sektor ini," kata Alkesh Shah, ahli strategi aset digital dan kripto global di Bank of America.

Shah mengatakan kelemahan di sektor kripto dan aset digital adalah bagian dari koreksi aset berisiko yang lebih luas. Aset kripto dan saham-saham teknologi sejatinya terkoreksi akibat dampak dari inflasi yang melonjak dan pengetatan kebijakan moneter bank sentral.

"Kenaikan suku bunga yang lebih tinggi dari yang diprediksi pasar ditambah dengan risiko resesi telah secara luas memukul aset berisiko termasuk aset kripto. Tak hanya di aset kripto saja, tetapi di aset berisiko lainnya juga terdampak, jadi hal ini tidak serta merta karena kejatuhan pasar kripto, tapi lebih kompleks," ujar Shah.

Di lain sisi, menurut CEO Quantum Economics, Mati Greenspan, dia menyalahkan The Fed karena sikapnya membuat pasar berbasis risiko mengalami koreksi yang cukup parah.

"Bank sentral sangat cepat mencetak banyak uang ketika tidak dibutuhkan, yang menyebabkan pengambilan risiko yang berlebihan dan menyebabkan penumpukan leverage. Kini setelah mereka menarik likuiditas, seluruh dunia merasakan kesulitan," kata Greenspan.

(chd)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular