
Pasar Khawatirkan Resesi, IHSG Sesi I Ditutup Minus 0,69%!

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir melemah pada penutupan perdagangan sesi I Senin (20/6/2022) di tengah kekhawatiran investor terkait tingginya inflasi, kenaikan suku bunga acuan The Fed, serta kemungkinan resesi dalam waktu dekat.
IHSG dibuka menguat 0,11% di posisi 6.944,32 dan berakhir melemah 0,69% atau 48,12 poin ke 6.888,84 pada penutupan perdagangan sesi pertama pukul 11:30 WIB. Nilai perdagangan tercatat turun Rp 7,77 triliun dengan melibatkan lebih dari 16 miliar saham.
Menurut data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak perdagangan dibuka IHSG berada di zona hijau. Namun selang 5 menit kemudian, IHSG terpantau berbalik ke zona merah dengan depresiasi tipis 0,2% ke angka 6.923,22.
Seiring dengan berjalannya waktu perdagangan IHSG terpantau terus berada di zona merah. Level terendah berada di posisi 6.859,6 sekitar pukul 10:30 WIB dan level tertinggi berada di 6.958,22 sesaat setelah perdagangan dibuka.
Mayoritas saham melemah yakni sebanyak 317 unit, sedangkan 193 unit lainnya menguat dan 155 sisanya stagnan. Sementara itu, investor asing tercatat melakukan penjualan bersih (net sell) jumbo senilai Rp 435,87 miliar di pasar reguler.
Dua saham yang mereka buru hari ini yaitu PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dengan nilai pembelian bersih masing-masing sebesar Rp 93,4 miliar dan Rp 33,7 miliar. BBCA tercatat naik 1% ke Rp 7.575/unit dan UNVR melesat 4,09% ke 4.840/unit.
Sementara itu, saham yang paling banyak dilepas adalah PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dengan nilai penjualan bersih masing-masing sebesar Rp 264,8 miliar dan 69,2 miliar. MDKA tercatat melesat 13,9% ke 7.475/unit sementara TLKM turun 2,91% ke Rp 4.000/unit.
Tingginya Inflasi, kenaikan suku bunga acuan The Fed, serta kekhawatiran resesi masih menjadi penggerak utama pasar hari ini. Kenaikan suku bunga acuan (Fed Funds Rate) yang terlampau agresif membuat bursa saham global terpukul termasuk IHSG.
Lonjakan inflasi juga turut membuat pasar khawatir The Fed akan mengambil kebijakan yang lebih agresif. Kebijakan tersebut dikhawatirkan bisa memukul perekonomian AS dan membawa Paman Sam ke lembah resesi.
"Pekan ini bisa dibilang brutal... Saya bilang kita sedang mengalami resesi... ini resesi ringan, bukan resesi resmi menurut definisi NBER, pastinya belum, tapi semester pertama ini pertumbuhan ekonomi sudah negatif," tutur profesor Wharton Business School Jeremy Siegel kepada CNBC International.
Kekhawatiran resesi semakin kuat setelah indikator ekonomi AS yang dikeluarkan pada pekan lalu memburuk, termasuk penjualan ritel dan pembangunan rumah baru. Penjualan ritel dan layanan konsumsi makanan terkontraksi 0,3% (month to month/mtm) pada Mei 2022. Data ini di bawah ekspektasi pasar yang memproyeksikan penjualan ritel akan tumbuh 0,1%.
Data tersebut juga berbanding terbalik dibandingkan April 2022, di mana penjualan ritel dan layanan konsumsi makanan masih tumbuh 0,7%. Sementara itu, pembangunan rumah baru di AS melemah 14,4% pada Mei menjadi 1,55 juta. Pembangunan rumah baru tersebut menjadi yang terendah sejak April 2020.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aum/aum)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000