Rupiah Ambles Lagi, Tapi Tenang Ada Potensi Balik Arah Nih
Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah sempat menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS), kemudian bergerak terkoreksi hingga di pertengahan perdagangan Senin (20/6/2022). Namun, rupiah berpotensi menguat jika mengacu pada pasar Non-Deliverable Forward (NDF).
Melansir Refinitiv, rupiah di sesi awal perdagangan berhasil menguat tipis 0,01% ke Rp 14.820/US$. Kemudian, rupiah berbalik arah dan melemah 0,06% ke Rp 14.830/US$ pada pukul 11:00 WIB dan menjadi posisi terendah sejak 2 Oktober 2020.
Indeks dolar AS yang mengukur pergerakan si greenback terhadap 6 mata uang dunia lainnya, bergerak datar di level 104. Pukul 11:00 WIB, dolar AS berada di posisi 104,376 atau turun 0,31%.
Lonjakan inflasi di AS per Mei yang mencapai 8,6% secara tahunan (yoy) telah membuat bank sentral utama dunia yaitu Federel Reserve/The Fed menaikkan suku bunga acuannya secara agresif sebesar 75 basis poin (bps). Hal tersebut, rupanya ikut meningkatkan kekhawatiran akan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan potensi resesi.
Sebagai respons cepat, Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan bahwa pemerintah AS saat ini sedang meninjau penghapusan beberapa tarif untuk produk China dan kemungkinan akan menghentikan pajak bahan bakar untuk mengendalikan harga bensin yang menjadi penyebab utama melonjaknya inflasi di AS.
Dengan menghapus beberapa tarif dari produk China, maka akan menurunkan harga bagi konsumen.
Sementara itu, Presiden The Fed Cleveland Loretta Mester mengatakan bahwa menurunkan inflasi ke target 2% akan memakan waktu sekitar 2 tahun dan memproyeksikan bahwa inflasi akan bergerak turun secara bertahap dari level saat ini.
Mester masih optimis bahwa data ekonomi AS yang dirilis pekan lalu, belum menunjukkan adanya resesi meski pertumbuhan melambat.
"Kami memiliki pertumbuhan yang melambat sedikit di bawah tren pertumbuhan dan kami memiliki tingkat pengangguran yang naik sedikit. Dan tidak apa, kami ingin melihat beberapa perlambatan permintaan agar sejalan dengan pasokan," tambah Mester dikutip dari Reuters.
Namun, jika mengacu pada pasar Non-Deliverable Forward (NDF), rupiah masih berpotensi menguat hari ini jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan pada Jumat (17/6) pekan lalu. Pada periode 1 pekan dan 1 bulan, rupiah terlihat menguat, meski tipis saja.
Periode | Kurs Jumat (17/6) pukul 15:17 WIB | Kurs Senin (20/6) pukul 11:05 WIB |
1 Pekan | Rp14.816,0 | Rp14.813,5 |
1 Bulan | Rp14.843,8 | Rp14.831,7 |
2 Bulan | Rp14.853,2 | Rp14.849,5 |
3 Bulan | Rp14.880,1 | Rp14.868,3 |
6 Bulan | Rp14.923,0 | Rp14.910,5 |
9 Bulan | Rp14.959,0 | Rp14.984,5 |
1 Tahun | Rp15.062,4 | Rp15.064,1 |
2 Tahun | Rp15.384,0 | Rp15.397,0 |
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf)