
Bursa Asia Dibuka Bervariasi, Siap-siap Aja IHSG Fluktutatif

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung beragam dengan mayoritas melemah pada perdagangan Senin (20/6/2022), di mana investor di kawasan tersebut menanti kebijakan moneter terbaru bank sentral China pada hari ini.
Indeks Nikkei Jepang dibuka menguat 0,6%, Shanghai Composite China naik tipis 0,02%, dan KOSPI Korea Selatan tumbuh 0,14%.
Sedangkan untuk indeks Hang Seng Hong Kong dibuka melemah 0,55%, Straits Times Singapura terkoreksi 0,25%, dan ASX 200 Australia turun tipis 0,05%.
Investor akan memantau pergerakan saham Alibaba yang terdaftar di bursa Hong Kong, setelah Reuters melaporkan bahwa bank sentral China (People Bank of China/PBoC) telah menerima aplikasi Ant Group yang berafiliasi dengan Alibaba untuk membentuk perusahaan induk keuangan, menghidupkan kembali harapan untuk potensi listing untuk Ant Group.
Sementara itu dari China, bank sentral Negeri Panda (PBoC) akan mengumumkan kebijakan suku bunga acuan terbarunya pada hari ini pukul 09:15 waktu setempat.
Pelaku pasar dalam polling Reuters memprediksi bahwa PBoC akan tetap mempertahankan suku bunga acuannya untuk kesekian kalinya pada hari ini, di tengah agresifnya bank sentral global dalam menaikan suku bunga acuannya untuk menjinakan inflasi.
Suku bunga yang lebih rendah akan membantu menghidupkan kembali ekonomi China yang terpukul akibat langkah-langkah anti-pandemi.
Hal ini menegaskan kembali pandangan pasar bahwa para pembuat kebijakan ingin tetap berhati-hati dalam menurunkan suku bunganya karena hal itu akan memberikan tekanan ke bawah pada nilai tukar yuan. PBoC akan terus menjaga yuan di bawah kendali ketat.
"China telah lama mempertahankan kebijakan moneter independennya, tetapi pada tahap ini akan lebih fokus pada keseimbangan kondisi internal dan eksternal, mencoba menghindari benturan langsung dalam sikap kebijakan moneter di Amerika Serikat atau Eropa," kata Wang Qing, kepala peneliti makroekonomi di Golden, sebuah perusahaan peringkat kredit di China, dikutip dari Reuters.
bur
Bursa Asia-Pasifik yang cenderung beragam terjadi di tengah menghijaunya dua indeks utama di bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street pada perdagangan Jumat pekan lalu. Adapun dua indeks utama tersebut yakni S&P 500 dan Nasdaq Composite.
Pada perdagangan Jumat pekan lalu, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,13% ke 29.888,779. Tetapi untuk S&P 500 dan Nasdaq, keduanya berhasil ditutup di zona hijau. S&P 500 ditutup menguat 0,21% ke 3.674,45 dan Nasdaq melonjak 1,43% ke 10.798,35.
Saham-saham yang melambung pada Jumat lalu di antaranya yakni Apple, Nvidia, Tesla, Netflix, Chevron, Walmart dan Goldman Sachs, hingga American Express.
Meski S&P 500 mulai rebound, tetapi secara keseluruhan, S&P masih anjlok 5,8% dalam sepekan terakhir. Pelemahan tersebut adalah yang terbesar sejak Maret 2020 atau saat periode awal pandemi Covid-19.
Dow Jones dalam sepekan melemah 4,8%, yang merupakan penurunan terbesar sejak Oktober 2020. Pada Kamis pekan lalu, untuk pertama kalinya sejak Januari 2021, Down Jones juga ditutup di bawah 30.000.
"Pekan ini bisa dibilang brutal... Saya bilang kita sedang mengalami resesi... ini resesi ringan, bukan resesi resmi menurut definisi NBER, pastinya belum, tapi semester pertama ini pertumbuhan ekonomi sudah negatif," tutur profesor Wharton Business School Jeremy Siegel kepada CNBC International.
Bursa AS menjalani pekan yang sangat berat pada pekan lalu dipicu kenaikan suku bunga acuan The Fed, tingginya inflasi, dan ancaman resesi. Lonjakan inflasi membuat pasar khawatir The Fed akan mengambil kebijakan yang lebih agresif. Kebijakan tersebut dikhawatirkan bisa memukul perekonomian AS dan membawa Paman Sam ke lembah resesi.
Kekhawatiran resesi semakin kuat setelah indikator ekonomi AS yang dikeluarkan pada pekan lalu memburuk, termasuk penjualan ritel dan pembangunan rumah baru.
Penjualan ritel dan layanan konsumsi makanan terkontraksi 0,3% (month-to-month/mtm) pada Mei tahun ini. Data ini di bawah ekspektasi pasar yang memproyeksikan penjualan bakal tumbuh 0,1%.
Data tersebut juga berbanding terbalik dibandingkan yang tercatat di April di mana penjualan ritel dan layanan konsumi makanan masih tumbuh 0,7%.
Sementara itu, pembangunan rumah baru di AS melemah 14,4% pada Mei menjadi 1, 55 juta. Pembangunan rumah baru tersebut menjadi yang terendah sejak April 2020.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam
