The Fed Kerek Suku Bunga, Harga Minyak Dunia Jatuh Pekan Ini!
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia kembali anjlok di pekan ini di tengah kekhawatiran kenaikan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) yang dapat memperlambat ekonomi global dan memangkas permintaan energi sehingga investor meninggalkan si emas hitam.
Pada Jumat (17/6/2022) harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) menutup perdagangan di posisi US$ 109,56/barel. Turun 6,83% dibanding hari sebelumnya. Sementara harga minyak jenis brent menutup perdagangan anjlok 5,58% di posisi US$ 113,12/barel.
Melansir data Refinitiv, minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) di pekan ini anjlok 9,21% ke US$ 109/barel, sedangkan jenis Brent anjlok 7,29% ke US$ 113,12/barel. Anjloknya harga minyak jenis Brent ini yang terendah sejak 20 Mei 2022, turun pertama kalinya dalam 5 minggu. Sementara jenis WTI turun pertama kalinya dalam 8 minggu terakhir.
Turunnya harga si emas hitam pascabank sentral AS The Federal Reserve/The Fed mengumumkan hasil rapat Komite Pengambil Kebijakan (Federal Open Market Committee/FOMC).
Ketua Jerome 'Jay' Powell dan kolega memutuskan menaikkan suku bunga acuan 75 basis poin (bps) menjadi 1,5-1,75%. Kenaikan 75 bps dalam sekali rapat kali terakhir terjadi pada 1994.
Laju inflasi yang demikian kencang yang membuat The Fed begitu agresif mengerek suku bunga. Pada Mei 2022, inflasi Negeri Paman Sam mencapai 8,6% year-on-year (yoy), tertinggi sejak 1981.
Selain itu, kenaikan suku bunga juga akan menurunkan permintaan karena biaya ekspansi ekonomi menjadi lebih mahal. Saat permintaan turun maka tekanan kenaikan harga akan berkurang.
Kenaikan suku bunga justru akan membuat pertumbuhan ekonomi melambat. Bank Dunia memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri Stars and Stripes pada 2022 tumbuh 2,5%. Pertumbuhan ini jauh lebih lambat ketimbang 2021 yang mencapai 5,7%.
"Kami tidak bermaksud untuk membuat orang-orang kehilangan pekerjaan. Kami tidak bermaksud menciptakan resesi," tegas Powell dalam jumpa pers usai rapat, seperti dikutip dari Reuters.
Powell menyebut bahwa tujuan The Fed adalah meredam inflasi pada saat pasar tenaga kerja masih kuat. Sebagai informasi, tingkat pengangguran AS pada Mei 2022 adalah 3,6%, terendah sejak Februari 2020.
Akan tetapi, tetap saja kenaikan suku bunga (apalagi secara agresif) akan menghambat pertumbuhan ekonomi. Saat ekonomi melambat, maka permintaan energi pun berkurang. Apalagi AS menjadi konsumen minyak terbesar di dunia, jika permintaan dari AS turun, harga minyak dunia pasti akan mengikuti.
TIM RISET CNBC INDONESIA