
Kabar Baik! Minyak Mentah Diramal Jeblok, Emas Terbang

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah sedang tinggi-tingginya saat ini, sementara emas masih melempem. Tetapi ke depannya, kedua aset ini diperkirakan akan berbalik arah.
Analis dari Bloomberg Intelligence, Mike McGlone dalam outlook bulan Mei menunjukkan harga komoditas akan bergerak dengan volatilitas sangat tinggi, dan emas yang akan diuntungkan.
"Komoditas akan bergerak sangat volatil di tahun ini, seperti pada 2008, perkembangan tersebut akan membuat emas bersinar," kata McGlone sebagaimana dilansir dari Kitco, Rabu (4/5/2022).
"Dalam 10 tahun terakhir indeks komoditas mengalami kenaikan 50%, sementara indeks harga produsen naik 30%. Kenaikan tersebut akan menyusut karena dunia menghadapi potensi resesi dan The Fed (bank sentral AS) menaikkan suku bunga bertepatan dengan puncak inflasi," tambahnya.
McGlone melihat minyak mentah yang saat ini berada di atas US$ 100/barel baik itu Brent mau pun West Texas Intermediate (WTI) akan jeblok dan ke US$ 50/barel.
"Akhir April minyak mentah berada di kisaran US$ 100/barel, kami percaya minyak mentah kemungkinan akan berbalik menuju US$ 50 barel ketimbang ke US$ 150/barel. Harga di US$ 50/barel merupakan rata-rata sejak kejatuhan harga minyak di tahun 2014, harga itu juga merupakan biaya produksi di Amerika Serikat. Sementara jika ke US$ 150/barel, maka minyak mentah akan memicu resesi," kata McGlone.
Penurunan harga minyak mentah tentunya menjadi kabar baik, inflasi yang tinggi saat ini tentunya bisa melandai. Khusus di Indonesia, penurunan harga minyak mentah tentunya meredakan tekanan bagi pemerintah untuk menaikkan bahan bakar minyak jenis Pertalite yang paling banyak digunakan masyarakat.
Di sisi lain, McGlone melihat harga emas akan melesat kembali ke atas US$ 2.000/troy ons saat pelaku pasar mulai meliat akhir dari era kenaikan suku bunga The Fed.
"Titik terendah harga emas saat ini sekitar US$ 1.800/troy ons, dengan resisten kunci di US4 2.000/troy ons. Cuma masalah waktu sebelum emas diperdagangkan di atas resisten tersebut," tambah McGlone.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ditekan Ancaman Kenaikan Suku Bunga, Gimana Nasib Emas 2022?