Sudah Longsor Dalam, Semoga Sesi 2 IHSG Bisa Pangkas Koreksi
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 1,94% di 6.913,48 pada perdagangan sesi I, Jumat (16/6/2022).
Sejak awal pembukaan IHSG sudah ambles nyaris 1% dan meninggalkan level psikologis 7.000. Koreksi yang terjadi semakin dalam seiring dengan berjalannya perdagangan.
Bersamaan dengan koreksi yang terjadi, investor asing juga mencatatkan net sell sebesar Rp 401 miliar di pasar reguler hingga istirahat siang.
Semalam Wall Street juga mengalami penurunan yang tajam. Indeks Dow Jones ambles 2,42%. Indeks S&P 500 turun lebih dalam dengan koreksi 3,25%.
Namun yang paling tragis tetap indeks saham acuan teknologi AS yakni Nasdaq Composite yang ambruk sampai 4,08%.
Sentimen inflasi tinggi dan pengetatan moneter agresif yang dapat memicu resesi masih dominan di kalangan pelaku pasar.
Chief Equity Strategist LPL Financial Quincy Krosby mengatakan bahwa Fed bisa saja membuat kesalahan dalam pengambilan kebijakan (policy error).
Lebih lanjut Krosby juga mengungkapkan bahwa The Fed tidak memberikan arahan yang jelas tentang kenaikan suku bunga di bulan Juli nanti, apakah dinaikkan 50 bps atau sama dengan Juni 2022 sebesar 75 bps.
Guidance yang tidak jelas dari Powell serta komentarnya tentang kondisi perekonomian yang tidak sesuai kenyataan membuat pasar pun dibuat galau dan bergerak dengan volatilitas tinggi.
Analisis Teknikal
Pergerakan IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu jam (hourly) dan menggunakan indikator Bollinger Band (BB) untuk menentukan area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).
Jika melihat level penutupan IHSG sesi I dan indikator BB sesi I, cenderung bergerak mendekati batas bawah BB terdekat di 6.903.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lain yaitu Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
Perlu diketahui, RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Indikator RSI cenderung turun ke level 34,5 mengindikasikan penguatan momentum jual dan menuju level oversold.
Dilihat dari indikator lain yaitu Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis EMA 12 bergerak di bawah garis EMA 26 membentuk pola divergen dan bar histogram semakin bergerak ke zona negatif.
IHSG berpotensi terkonsolidasi terlebih dahulu di 6.900 di sesi II. Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp)