Terus Anjlok! Simak Penjelasan BI Soal Kondisi Rupiah Terkini

MAIKEL JEFRIANDO, CNBC Indonesia
Jumat, 17/06/2022 10:32 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Sudah tidak diragukan lagi, dunia kini berada di bibir resesi. Investor panik dan pasar keuangan alami guncangan hebat dalam sepekan terakhir.

Pasar keuangan dalam negeri juga terimbas, khususnya nilai tukar rupiah. Kini dolar AS sudah berada di level Rp 14.800.


"Pembukaan pasar di pasar Asia sangat dipengaruhi apa yang terjadi di pasar NY tadi malam, dimana sentimen yang mendominasi adalah kekhawatiran terjadinya resesi ekonomi paska kenaikan 75 bp FFR. Dampaknya saham menjadi merah," kata Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI), Edi Susianto kepada CNBC Indonesia, Jumat (17/6/2022)

Namun menurut Edi, rupiah tidak melemah sendiri. Beberapa negara lain, khususnya di kawasan juga alami nasib serupa. "Sebagian besar mata uang Asia dibuka melemah," imbuhnya.

BI, kata Edi akan selalu siaga di pasar memantau perkembangan terkini. Langkah yang diambil memastikan agas mekanisme pasar berjalan. "BI selalu menjaga agar mekanisme pasar bekerja dengan baik," tegasnya.

The Fed memang menaikkan suku bunga acuan 75 bps di bulan Juni 2022 sesuai dengan perkiraan pasar. Namun inflasi yang tinggi masih menjadi hantu untuk perekonomian dan pasar keuangan.

Selain the Fed, bank sentral Inggris Bank of England (BoE) juga mengambil langkah serupa. Pada pertemuan Juni 2022, BoE kembali menaikkan suku bunga acuan 25 bps menjadi 1,25%.

Menariknya yang membuat pasar bergejolak adalah ramalan BoE yang menyebut bahwa inflasi bisa mencapai 11% bahkan setelah BoE menaikkan suku bunga.

Laju inflasi Inggris yang lebih dari 11% tersebut diperkirakan bakal terjadi di bulan Oktober. BoE juga memangkas turun proyeksi ekonominya dan memperkirakan ekonomi terkontraksi 0,3% kuartal ini.


(mij/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: BI & The Fed Tahan Suku Bunga, IHSG Melemah Lebih Dari 1%