
Kemarin Pulih, Bitcoin cs Loyo Lagi Hari Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Bitcoin, Ethereum, dan kripto utama lainnya berbalik arah dan terkoreksi pada perdagangan Jumat (17/6/2022), menandakan bahwa investor masih melakukan aksi jual (sell-off) di pasar kripto.
Melansir data dari CoinMarketCap pada pukul 09:30 WIB hari ini, Bitcoin ambruk 7,46% ke posisi US$ 20.765,43/koin atau setara dengan Rp 307.328.364/koin (asumsi kurs Rp 14.800/US$), sedangkan Ethereum anjlok 10,12% ke harga US$ 1.096,51/koin atau Rp 16.228.348/koin.
Sedangkan beberapa koin digital (token) alternatif (altcoin) seperti Solana longsor 11,06% ke US$ 30,64/koin (Rp 453.472/koin), Dogecoin drop 7,17% ke US$ 0,05631/koin (Rp 833/koin), dan Cardano yang sebelumnya sempat melonjak 13%, pada hari ini ambles 6,79% ke US$ 0,4899/koin (Rp 7.251/koin).
Berikut pergerakan 10 kripto utama pada hari ini.
![]() |
Setelah sempat menguat dan menyentuh kisaran US$ 22.000 kemarin, Bitcoin kembali terkoreksi hingga menyentuh kisaran US$ 20.000 pada hari ini. Kondisi makroekonomi global yang masih belum menentu menjadi salah satu pemberat pasar kripto pada hari ini.
Bitcoin berada di level yang tidak terlihat sejak akhir 2020. Kripto terbesar dari kapitalisasi pasarnya tersebut ambles lebih dari 31% selama sepekan terakhir dan anjlok lebih dari 60% dari level tertinggi sepanjang masa atau all time high (ATH) yang terbentuk di November 2021.
Hingga hari ini, korelasi antara Bitcoin dengan indeks Nasdaq dan S&P 500 semakin meningkat setelah adanya sentimen negatif terkait inflasi di AS yang kembali melonjak dan pengetatan kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
![]() |
Investor di kripto cenderung masih khawatir bahwa langkah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang secara agresif menaikan suku bunganya dapat diikuti oleh bank sentral lain di seluruh dunia, terutama di Uni Eropa.
Investor juga cenderung khawatir terhadap tindakan The Fed yang agresif untuk meredam inflasi dan akan membawa ekonomi AS ke jurang resesi.
"Saatnya keluar dari dunia artifisial yakni injeksi likuiditas masif yang terprediksi di mana semua orang terbiasa dengan suku bunga acuan nol, di mana kita bisa bertingkah dengan berinvestasi sebagian di pasar yang tak seharusnya menjadi tujuan investasi," tutur Kepala Penasihat Investasi Allianz Mohamed El-Erian kepada CNBC International.
Selain karena inflasi yang melonjak dan semakin agresifnya The Fed dalam menaikan suku bunga acuannya, beberapa sentimen negatif yang turut memperberat pasar kripto juga masih terjadi.
Sentimen yang pertama yakni terkait kejatuhan dua token Terra yakni Terra Luna (LUNA) dan TerraUSD (UST). Hingga hari ini, sebagian besar investor masih belum melupakan seluruhnya atas kejadian jatuhnya token LUNA dan UST pada awal bulan lalu yang menyebabkan pasar kripto mengalami crash.
Stablecoin merupakan jenis kripto yang seharusnya dipatok dengan aset di dunia nyata dan relatif lebih aman. Pada umumnya, stablecoin dipatok dengan mata uang dolar AS dan rasionya 1:1.
Stablecoin normal juga menggunakan cadangan aset yang tergolong safe haven seperti mata uang fiat dan obligasi pemerintah jangka pendek. Contoh dari stablecoin normal seperti Tether (USDT) dan USD Coin (USDC.
Tetapi tak sedikit stablecoin algoritmik juga beredar di pasar, seperti UST yang tidak memiliki aset cadangan berupa aset nyata. Dengan ini, maka pasak US$ 1 di UST diatur oleh suatu algoritma.
Bear market saat ini, yang sering disebut sebagai masa crypto winter sekaligus menguji kekuatan proyek-proyek lain yang sedang berjalan saat ini.
Seperti stablecoin algoritmik lainnya yakni USDD juga kehilangan pasak dolarnya pada awal pekan ini. Sedangkan Tron DAO Reserve, yang bertanggung jawab untuk mempertahankan patokan $1 USDD, menyimpan cryptocurrency lain dalam cadangan mereka, termasuk Tether dan USDC.
Selain sentimen dari kejatuhan token Terra dan stablecoin algoritmik, sentimen kedua yang turut memperberat pergerakan kripto adalah krisis likuiditas dari perusahaan peminjaman kripto yakni Celsius Network.
Pada awal pekan ini, Celsius menghentikan penarikan dana, sehingga para pelanggannya tidak bisa menarik dananya di perusahaan tersebut.
Kejadian yang sama juga sempat terjadi di bursa kripto terbesar di dunia yakni Binance. Tetapi pihak Binance telah mengonfirmasi bahwa penghentian penarikan dana investor terjadi karena adanya masalah teknis atau gangguan sistem, bukan kehendak dari manajemen Binance.
"Sejumlah transaksi Bitcoin macet karena biaya TX yang rendah, mengakibatkan simpanan penarikan jaringan Bitcoin terkendala," kata Binance dalam Twitternya, dikutip dari CNBC International, Selasa (14/6/2022) lalu.
Hal ini memicu kekhawatiran bahwa kasus ini dapat berimbas ke perusahaan sejenis lainnya, bahkan juga berimbas ke bursa kripto. Investor juga beranggapan bahwa krisis ini dapat membawa Celsius menuju ambang kebangkrutan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Libur Tahun Baru Imlek 2023, Apa Kabar Harga Bitcoin Cs?