Mayday, Mayday! Rupiah Sudah di Atas Rp 14.800/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Jumat, 17/06/2022 09:13 WIB
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hingga Kamis kemarin rupiah sudah melemah 4 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS). Pada awal perdagangan Jumat (17/6/2022) rupiah kembali jeblok.

Melansir data Refinitiv begitu perdagangan dibuka rupiah langsung jeblok 0,37% ke Rp 14.820/US$. Rupiah kemudian bergerak volatil, sempat memangkas pelemahan ke Rp 14.800/US$, depresiasi rupiah kemudian bertambah menjadi 0,44% ke Rp 14.830/US$ pada pukul 9:03 WIB. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak Oktober 2020.

Tanda-tanda rupiah bakal jeblok ke atas Rp 14.800/US$ sudah terlihat di pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang sudah berada di atasnya sejak pagi tadi.


NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Periode

Kurs Kamis (16/6) pukul 15:13 WIB

Kurs Jumat (17/6) pukul 8:58 WIB

1 Pekan

Rp14.738,0

Rp14.817,0

1 Bulan

Rp14.754,0

Rp14.832,3

2 Bulan

Rp14.769,0

Rp14.847,3

3 Bulan

Rp14.788,0

Rp14.867,3

6 Bulan

Rp14.849,0

Rp14.912,0

9 Bulan

Rp14.919,0

Rp14.977,0

1 Tahun

Rp15.020,0

Rp15.085,5

2 Tahun

Rp15.324,0

Rp15.407,0

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

Bank sentral AS (The Fed) yang menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin, terbesar sejak 1994, menjadi 1,5% - 1,75% awalnya direspon positif oleh pasar finansial global.

Bank sentral paling powerful di dunia ini semakin agresif dalam menaikkan suku bunga.

The Fed di bulan depan juga akan menaikkan suku bunga 50 - 75 basis poin, dan di akhir tahun akan berada di kisaran 3,25% - 3,5%. 

Semakin tinggi suku bunga maka risiko resesi Amerika Serikat akan semakin meningkat. Tetapi, resesi yang sesaat masih lebih bagus ketimbang jika inflasi tinggi mendarah daging yang bisa menggerogoti perekonomian dalam jangka waktu yang lama. Sehingga, keputusan The Fed untuk agresif menaikkan suku bunga demi meredam inflasi disambut baik pelaku pasar.

Namun, kini banyak analis yang menyangsikan langkah yang diambil The Fed tepat. Pernyataan dari ketua The Fed Jerome Powell juga dikatakan berbeda dengan kenyataan di lapangan yang membuat bursa saham AS (Wall Street) ambrol pada perdagangan Kamis waktu setempat.

Indeks Dow Jones jeblok hingga 2,4%, S&P 500 3,25%, dan Nasdaq merosot lebih dari 4%.

Jebloknya kiblat bursa saham dunia tersebut bisa memberikan sentimen negatif ke pasar Asia, yang membuat rupiah tertekan.

"Apa yang dikhawatirkan pasar, bahkan sebelum terjadi resesi adalah kebijakan yang salah, bahwa The Fed merusak sesuatu. Pasar mempertanyakan pernyataan perekonomian yang dikatakan kuat," kata Quincy Krosby, kepala ahli strategi ekuitas di LPL Financial, sebagaimana dilansir CNBC International, Kamis (16/5/2022).

Powell sebelumnya menyatakan tidak melihat tanda-tanda pelambatan ekonomi yang luas. Namun, data berkata lain. Dari sektor perumahan pada Mei terjadi penurunan pembangunan rumah hingga 14,4%, padahal saat ini di Amerika Serikat sedang terjadi kelangkaan rumah bahkan dikatakan pada level kronis.

Kemudian sektor manufaktur di wilayah Philadelpiha kembali mengalami kontraksi, pengajuan klaim tunjangan pengangguran mingguan juga lebih tinggi dari perkiraan.
Kemudian dengan inflasi yang mencapai level tertinggi 41 tahun, tingkat keyakinan konsumen menjadi merosot, dan penjualan ritel turun 0,3% pada Mei dari bulan sebelumnya.

Ketika tingkat keyakinan konsumen merosot, maka belanja rumah tangga yang merupakan tulang punggung perekonomian juga akan menurun. Hal ini berdampak buruk pada perekonomian Amerika Serikat.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS