Kebijakan Moneter Ketat Dikhawatirkan Marak, Dow Dibuka Merah

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
16 June 2022 21:06
Trader Peter Tuchman works on the floor of the New York Stock Exchange, (NYSE) in New York, U.S., April 27, 2018. REUTERS/Brendan McDermid
Foto: REUTERS/Brendan McDermid

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) kembali ambruk pada pembukaan perdagangan Kamis (16/6/2022), di tengah berbaliknya respons investor atas kenaikan suku bunga acuan (Fed Funds Rate) yang terlampau agresif.

Dow Jones terbanting 730 poin (-2,4%) di pembukaan dan selang 35 menit kemudian bertambah menjadi 669,5 poin (-2,18%) ke 29.999,03. Sementara itu, S&P 500 terbanting 104,12 poin (-2,75%) ke 3.685,87 dan Nasdaq ambruk 365,71 poin (-3,29%) ke 10.733,44.

Data perumahan AS kian mempertebal kekhawatiran seputar resesi, setelah ambles 14% per Mei, atau lebih buruk dari ekspektasi ekonom dalam polling Dow Jones yang memperkirakan koreksi hanya 2,6%.

Saham teknologi berguguran, di mana Tesla, PayPal, Nvidia, Amazon dan terpelanting lebih dari 3%. Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun melanjutkan pergerakan besarnya hari ini dan naik ke 3,44% setelah berakhir di 2,84% pada Mei lalu.

Saham perjalanan seperti United dan Delta Airlines juga tertekan di tengah kekhawatiran tren kenaikan suku bunga acuan di dunia secara agresif, mengikuti bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin (bp) dan menjadi yang tertinggi sejak 1994.

Bank sentral Swiss (SNB) menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak 15 tahun. Sedangkan, bank of England (BOE) diprediksi akan menaikkan suku bunga selama lima pertemuan beruntun hari ini.

"Saatnya keluar dari dunia artifisial yakni injeksi likuiditas masif yang terprediksi di mana semua orang terbiasa dengan suku bunga acuan nol, di mana kita bisa bertingkah dengan berinvestasi sebagian di pasar yang tak seharusnya menjadi tujuan investasi," tutur Kepala Penasihat Investasi Allianz Mohamed El-Erian kepada CNBC International.

Harga gas melonjak di Eropa karena Rusia menarik pasokannya dan menambah tekanan terhadap bank sentral Eropa (ECB). Kombinasi pengetatan bank sentral dan harga energi yang melonjak mendorong yield naik di seluruh dunia, sehingga melemahkan sentimen ekuitas.

Indeks S&P 500 dan Nasdaq berada di bear market (zona penurunan), berada 21% dan 32% dari rekor tertingginya di Januari dan November. Indeks Dow Jones berada 17% di bawah rekor tertingginya di 5 Januari.

Inflasi yang merajalela dan tertinggi dalam 40 tahun telah membebani mayoritas indeks saham. Serta, kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi dan kemungkinan resesi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Rilis Kinerja Nvidia, Nasdaq & S&P500 Tergelincir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular