Xie Xie! Berkat China, Harga Nikel Naik
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar nikel sedang diselimuti kabar baik. Pertama, tanda-tanda pemulihan ekonomi China mulai terlihat dari tingkat produksi pabrik yang bertumbuh. Lalu, adamya stimulus untuk mendorong laju ekonomi China. Akankah harga nikel kembali bullish?
Pada Kamis (16/6/2022) pukul 16:00 WIB harga nikel dunia tercatat US$ 25.935/ton, naik 0,3% dibandingkan harga penutupan kemarin.
Ekonomi China menunjukkan tanda-tanda pemulihan pada Mei setelah lesu pada bulan sebelumnya karena produksi industri naik. Output industri pada Mei tumbuh 0,7% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Sebelumnya output industri jatuh 2,9% pada April. Hasil ini juga lebih besar dari konsensus yang memperkirakan output industri turun 0,7% pada Mei.
Dalam laporan Biro Statistik Nasional (NBS) pertumbuhan output industri China pada Mei 2022 didorong oleh produksi kendaraan energi baru yang melonjak 108,3% dibanding periode yang sama tahun lalu. Ini menjadi indikasi bahwa permintaan nikel juga meningkat. Sebab nikel adalah bahan baku produksi kendaraan listrik, terutama untuk baterai.
Di sisi lain, pemberian stimulus baru yang diumumkan oleh pemerintah China pada 31 Mei 2022 akan memberikan dukungan sisi permintaan. Ketika permintaan naik, harga pun akan mengikuti.
"Sejumlah langkah stimulus akan meningkatkan permintaan nikel, termasuk aturan baru untuk peningkatan kuota kepemilikan mobil , pengurangan pajak pembelian untuk kendaraan tertentu, dan insentif untuk meningkatkan pembangunan infrastruktur," tulis Fitch dalam laporannya.
"Bersama-sama, langkah-langkah ini akan membantu membalikkan tren penurunan permintaan yang terlihat selama kuartal kedua 2022 dan mendorong harga lebih tinggi dalam jangka pendek."
Fitch Solution memperkirakan rata-rata harga nikel dunia US$ 27.500/ton pada tahun 2022, lebih tinggi dibanding rata-rata 2021 sebesar US$ 18.467/ton. Perkiraan tersebut didasari oleh beberapa faktor.
China adalah konsumen nikel terbesar di dunia. Menurut Statista, konsumsi China mencapai 1,31 juta ton. Sehingga permintaan dari China memiliki pengaruh terhadap laju harga nikel.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)