
Bank Sentral Sekelas The Fed Juga Bisa 'Mencla-mencle'!

Inflasi yang terus menanjak menjadi penyebab terus berubahnya sikap The Fed, tetapi keputusan kali ini disambut baik oleh pelaku pasar. Sebab, The Fed menunjukkan niat yang kuat untuk menurunkan inflasi.
Jumat pekan lalu inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) di Amerika Serikat (AS) pada Mei 2022 tercatat melesat 8,6% year-on-year (yoy). Inflasi tersebut naik dari bulan sebelumnya 8,3% (yoy) dan menjadi rekor tertinggi sejak 1981.
Inflasi CPI di Amerika Serikat sepertinya masih akan terus tinggi dalam beberapa waktu ke depan. Hal ini tidak lepas dari inflasi produsen (producer price index/PPI) yang masih tinggi. Ketika inflasi produsen tinggi, maka harga juga ke konsumen akan meningkat. Hal ini akan berdampak pada inflasi CPI
Biro Statistik AS Selasa lalu melaporkan PPI di bulan Mei tumbuh 0,5% month-to-month (mtm), dan 10,8% (yoy). PPI secara tahunan sebenarnya sudah turun dalam dua bukan beruntun, tetapi masih dekat rekor tertinggi sepanjang masa 11,5% (yoy) yang tercatat pada Maret lalu.
Dengan suku bunga yang dikerek semakin tinggi, diharapkan inflasi tersebut akan menurun. Memang risiko semakin tinggi suku bunga maka risiko resesi semakin meningkat. Tetapi, resesi yang sesaat masih lebih bagus ketimbang jika inflasi tinggi mendarah daging yang bisa menggerogoti perekonomian dalam jangka waktu yang lama.
The Fed juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi di tahun ini menjadi 1,7% saja, ketimbang estimasi yang diberikan pada Maret lalu sebesar 2,8%.
Sementara itu inflasi berdasarkan personal consumption expenditure (PCE) yang menjadi acuan The Fed, diperkirakan mencapai 5,2% tahun ini naik dari sebelumnya 4,3%, dan inflasi PCE inti 4,3% naik 0,2 poin persentase.
The Fed sendiri menetapkan target inflasi sebesar 2%, dan akan terus mengerek suku bunga hingga target tersebut dicapai.
Dengan kenaikan suku bunga yang agresif, dan pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi, bursa saham AS malah berbalik menguat pada perdagangan Rabu waktu setempat.
Indeks Dow Jones naik 1%, S&P 500 1,5% dan Nasdaq meroket 2,5%. Indeks ketakutan (VIX) juga mengalami penurunan drastis sebesar 3 poin ke 29,6. Hal tersebut menjadi indikasi sentimen pelaku pasar yang membaik.
Selain itu, indeks dolar AS juga berbalik turun 0,34% pada perdagangan Rabu, dan berlanjut lagi 0,22% pagi ini ke 104,926.
Salah satu pemicu berbalik melemahnya dolar AS yakni proyeksi suku bunga di akhir tahun ini. The Fed memperkirakan akan berada di kisaran 3,25% - 3,5%, sementara pasar melihat di 4%.
"Pasar melihat suku bunga berada di kisaran 3,75% - 4% di akhir tahun, tetapi pernyataan Powell membuat tenang dan membebani dolar AS," kata analis ANZ Bank dalam sebuah catatan sebagaimana dikutip Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]