
The Fed Kerek Suku Bunga 75 Bps! Tenang, Rupiah Bisa Menguat

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah tiga hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu kemarin. Rupiah berakhir di Rp 14.740/US$ atau melemah 0,31%, dan dalam 3 hari total merosot 1,3%.
Bank sentral AS (The Fed) yang mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis (16/5/2022) dini hari waktu Indonesia menjadi perhatian utama. Sesuai prediksi pasar, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 1,5-1,75%. Menjadi kenaikan terbesar sejak 1994, akibat inflasi yang semakin tinggi.
Yang menarik, keputusan The Fed tersebut malah membuat sentimen pelaku pasar membaik, yang bisa membuat rupiah menguat hari ini.
Bursa saham AS (Wall Street) melesat, indeks Dow Jones naik 1%, S&P 500 1,5% dan Nasdaq memimpin sebesar 2,5%. Indeks ketakutan (VIX) juga mengalami penurunan drastis sebesar 3 poin ke 29,6. Penurunan indeks ketakutan tersebut menunjukkan sentimen pelaku pasar yang semakin membaik. Sebaliknya, indeks dolar AS justru merosot 0,63% ke 104,85.
The Fed di bulan depan juga diperkirakan akan menaikkan suku bunga 50-75 basis poin, dan di akhir tahun akan berada di kisaran 3,25-3,5%.
Semakin tinggi suku bunga maka risiko resesi Amerika Serikat akan semakin meningkat. Tetapi, resesi yang sesaat masih lebih bagus ketimbang jika inflasi tinggi mendarah daging yang bisa menggerogoti perekonomian dalam jangka waktu yang lama. Sehingga, keputusan The Fed untuk agresif menaikkan suku bunga demi meredam inflasi disambut baik pelaku pasar.
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR akhirnya menembus ke atas resisten kuat di kisaran Rp 14.730/US$ yang merupakan Fibonacci Retracement 61,8%. Sebelumnya, pada 19 Mei lalu, rupiah juga tertahan di level tersebut.
Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
![]() Foto: Refinitiv |
Meski demikian, penembusan tersebut terbilang weak breakout, karena masih dekat dengan Rp 14.730/US$. Peluang rupiah kembali ke bawahnya masih cukup besar.
Apalagi, indikator Stochastic pada grafik harian kini bergerak naik dan mencapai wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic yang nyaris mencapai overbought menunjukkan tekanan rupiah mulai mereda. Apalagi muncul pola Shooting Star kemarin yang menjadi sinyal pembalikan arah pada perdagangan Kamis (16/6/2022).
![]() Foto: Refinitiv |
Stochastic pada grafik 1 jam juga mulai turun dari wilayah overbought membuka peluang rupiah menguat hari ini. Stochastic 1 jam digunakan untuk memproyeksikan pergerakan harian.
Jika mampu ke bawah Rp 14.730/US$, rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.680/US$ hingga Rp 14.670/US$. Jika level tersebut juga dilewati, rupiah berpotensi ke Rp 14.650/US$.
Sementara selama tertahan di atas Rp 14.730/US$, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.780/US$ hingga Rp 14.800/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
