Bank Sentral Eropa Gelar Rapat Darurat, Krisis di Depan Mata?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
15 June 2022 17:40
Christine Lagarde, President of the European Central Bank (ECB) looks on during a press conference on Governing Council meeting focused on monetary policy in the euro zone in Amsterdam on June 09, 2022. (Photo by JOHN THYS / AFP) (Photo by JOHN THYS/AFP via Getty Images)
Foto: Presiden Bank Sentral Eropa (ECB), Christine Lagarde. (Photo by JOHN THYS/AFP via Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) baru saja mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis pekan lalu. Namun, kurang dari sepekan ECB kembali mengadakan rapat kebijakan moneter darurat.

Melansir Market Watch, ECB mengadakan rapat darurat pada Rabu (15/6/2022). Penyebabnya, imbal hasil (yield) obligasi Italia tenor 10 tahun yang meroket menembus 4%. Selasa kemarin yield tersebut mencapai 4,279%, tertinggi sejak Oktober 2013.

Yield tersebut semakin melebar dengan Jerman yang berada di kisaran 1,7%.

Selisih yield Italia dan Jerman biasa dijadikan tolak ukur ketakutan, semakin lebar artinya tekanan yang dialami pasar Eropa semakin kuat. Selisih kedua yield saat ini sekitar 2,5% menjadi yang paling besar sejak awal 2020.

Yield obligasi pemerintah yang semakin tinggi, memicu kekhawatiran akan gagal bayar yang dialami Italia.

Rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) Italia saat ini mencapai 150%. Ketika yield tersebut naik, maka untuk menerbitkan obligasi yang baru kupon yang diberikan akan semakin tinggi, sehingga beban utang Italia akan semakin membengkak.

Terus menanjaknya yield obligasi Italia memicu kekhawatiran akan kembali terjadinya krisis utang di Eropa seperti satu dekade yang lalu.

Saat itu, yield obligasi Italia lebih dari 7%, dan selisihnya dengan yield obligasi Jerman sebesar 5%.

"Pasar saat ini belum panik, tetapi perhatian kembali tertuju ke Italia yang sedikit mirip dengan tahun 2011," kata Mike Riddle, manajer reksadana obligasi di Allianz Global Investor, sebagaimana dilansir Financial Times, Selasa (14/6/2022).

ECB pun mengadakan pertemuan darurat untuk membahas hal tersebut.

"Dewan Gubernur ECB akan mengadakan rapat khusus pada Rabu untuk membahas kondisi pasar saat ini," kata juru bicara ECB sebagaimana dilansir Market Watch.

ECB dikatakan akan merilis instrumen untuk meredam selisih yield tersebut, tetapi belum memberikan banyak detail.

Salah satu pemicu meroketnya yield obligasi Italia adalah rencana ECB yang akan menaikkan suku bunga bulan depan. Selain itu, program pembelian obligasi atau asset purchase programme (APP) per 1 Juli nanti.

Program pembelian obligasi oleh bank sentral merupakan salah satu instrumen yang bisa menekan yield. Dengan dihentikannya program tersebut, yield pun terus menanjak.

ECB kini berada dalam dilema, jika pembelian obligasi kembali dilanjutkan, maka inflasi bisa semakin meninggi, sementara jika dihentikan yield obligasi Italia terus menanjak.

Pada bulan Mei lalu, inflasi di blok 19 negara tersebut melesat 8,1% year-on-year (yoy), menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Tingginya inflasi tersebut membuat ECB di bawah pimpinan Christine Lagarde akan agresif menaikkan suku bunga, bahkan terang-terangan mengatakan akan dilakukan bulan depan sebesar 25 basis poin.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article ECB Guncang Pasar Mata Uang Gegara kata "Tergantung Data"

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular