
Ekonomi Lagi Sulit, Mending Investasi Saham Atau Kripto?

Melihat suramnya kondisi pasar ekuitas, apakah bijak bagi investor untuk berbondong-bondong pindah ke instrumen lain seperti aset digital di pasar kripto?
Jika ditelisik lebih dalam tampaknya tidak, mengingat saat ini aset kripto yang semula diperkirakan dapat bergerak seperti emas dan menjadi lindung nilai terhadap inflasi, pergerakannya lebih mirip saham sektor teknologi (growth stock), bahkan lebih parah.
Dalam kondisi lingkungan moneter yang menerapkan kebijakan 'uang mahal', investor dengan likuiditas terbatas mulai mengurangi aset berisiko, termasuk kripto dan saham sektor teknologi.
Bahkan tren bearish di pasar modal AS saat ini didorong secara signifikan karena perusahaan teknologi seperti Apple, Microsoft dan induk Google Alphabet sahamnya turun lebih dari 25% tahun ini. Sementara itu Amazon melemah nyaris 40%, Meta turun 50% lebih dan Netflix ambles sekitar 72% tahun ini.
Meski demikian jika ditarik lebih jauh, semua perusahaan tersebut nilainya masih di atas level awal pandemi dan dalam lima tahun terakhir empat perusahaan kecuali Netflix dan Meta masih mencatatkan pengembalian tiga digit.
Saham yang memiliki underlying value tentu memiliki risiko lebih kecil dari kripto, meskipun menjadi pemegang saham biasa berarti investor berada di antrean paling belakang apabila perusahaan pailit.
Akan tetapi ini tetap saja lebih baik daripada investor yang uangnya hilang begitu saja di pasar kripto seperti yang terjadi pada banyak koin penipuan seperti Squid Games dan bahkan pada stable coin Terra/Luna baru-baru ini.
Apakah peluang akan pengembalian tinggi di aset kripto setara dengan risiko yang mungkin terjadi? Tampaknya tidak dalam kondisi moneter saat ini.
Apakah membeli di harga murah untuk investasi jangka panjang sembari menunggu teknologi pendukung seperti web3 kian matang pilihan tepat? Untuk ini jawabannya bisa iya dan tidak.
Teknologi blockchain dan web3 bisa saja menjadi bagian yang tidak terpisahkan di masa depan, atau sama sekali tidak digunakan dan malah ditinggalkan. Akan tetapi jika pun teknologi tersebut terbukti andal dan diadaptasi secara luas pilihan untuk melakukan investasi masih saja bisa salah.
Hal tersebut karena dari sekian banyak koin yang ditawarkan, tentu tidak semua akan berguna untuk teknologi tersebut. Sebagai gambaran untuk setiap satu perusahaan seperti Amazon yang dapat keluar dari dot com bubble ada puluhan atau ratusan perusahaan lain yang hanya menjadi sejarah.
Bahkan investasi di aset yang dianggap paling aman seperti Bitcoin juga memiliki risiko serupa, mengingat Google menjadi mesin pencari paling populer saat ini mengalahkan Infoseek, AltaVista atau bahkan Yahoo! yang sudah lebih dulu ada, berukuran raksasa dan sempat diprediksi terus memimpin pasar.
Kripto dan teknologi yang diusung adalah ide menarik, tapi jika ingin bertaruh di suatu hal yang masih belum terbukti tentu saja harus ekstra hati-hati.
Saham sebagai instrumen investasi juga memiliki beragam risiko yang membayangi, akan tetapi karena pasar yang sudah matang dan terbukti andal, risiko-risiko besar utama setidaknya dapat dikurangi.
Akan tetapi pada akhirnya, investor tetap harus menimbang secara personal dan mengukur risiko sebesar apa yang rela ditanggung dalam memilih instrumen investasi yang diinginkan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(fsd)[Gambas:Video CNBC]