Dijegal Inflasi AS, BEI: IHSG Tetap Salah Satu yang Terbaik

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
15 June 2022 11:31
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (9/5/2022). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (9/5/2022). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan hari ini, Rabu (12/6/22) dengan koreksi 0,27% di 7.031,19. Jelang penutupan sesi pertama, IHSG bahkan jebol di bawah level 7.000 setelah turun 1,02% ke level 6.977.

Pelaksana tugas (Plt) Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Hasan Fawzi mengatakan, penurunan indeks beberapa waktu terakhir ini, termasuk IHSG yang sempat menyentuh level kembali di bawah 7.000, tidak hanya terjadi di bursa Indonesia saja. "Dari hampir 40 bursa utama dunia, kita lihat sejak awal tahun, hanya ada 10 bursa yang menunjukkan pertumbuhan positif, termasuk bursa kita, yaitu IHSG masih tumbuh lebih dari 6%." jelas Hasan, Rabu (15/6/2022).

Menurutnya, penurunan indeks ini dipicu oleh beberapa faktor. Salah satunya seperti kenaikan harga komoditas dunia yang dipicu perang Ukraina dan Russia. Efek berikutnya memicu tingkat inflasi yang tinggi di hampir seluruh negara di dunia yang pada akhirnya menimbulkan kekhawatiran pada investor bahwa bank sentral akan menaikan suku bunga secara agresif.



"Terkait dengan IHSG, kita bersyukur pertumbuhan IHSG yang masih positif menunjukkan optimisme market terhadap potensi pasar modal dan perekonomian Indonesia," ungkap Hasan.

Hasan menjelaskan sebagai regulator, BEI akan berusaha memastikan melanisme pasar berlangsung dengan teratur, wajar dan efisien, keterbukaan informasi dan menyampaikan informasi ini secara simetris dan berimbang kepada pelaku pasar dan investor, yang pada gilirannya tentu kita berharap investor tidak panik, tidak bereaksi berlebihan, dan tetap memantau perkembangan pasar dan kondisi perusahaan-perusahaan tercatat.

"Koreksi dalam di pasar saham tentunya bukan kali pertama ini terjadi, sehingga kami meyakini dengan Crisis Management Protocol yang kami miliki serta dukungan maupun koordinasi kebijakan antara Pemerintah, Bank Indonesia, dan OJK, sehingga dampak negatif dan risiko yang mungkin terjadi dapat dimitigasi dengan baik," pungkas Hasan.

Untuk diketahui, bursa Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (14/6/2022) membukukan koreksi tajam yang terjadi seiring dengan kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS 10 tahun.

Yield obligasi pemerintah AS kembali menjadi momok untuk pasar saham dan aset-aset berisiko lain. Semalam, yield obligasi pemerintah AS naik ke level tertinggi dalam satu dekade di 3,37%.


(RCI/dhf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular