Terungkap, Penyebab Rupiah Belum Kuat Nanjak Hari Ini!
Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah sempat menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di sesi awal perdagangan Rabu (15/6) sebelum akhirnya berbalik arah dan terkoreksi tajam hingga di pertengahan hari. Apa pemicunya?
Melansir Refinitiv, rupiah di sesi awal perdagangan berhasil menguat 0,07% ke Rp 14.685/US$. Kemudian, rupiah berbalik arah menjadi terkoreksi tajam 0,34% ke Rp 14.745/US$ pada pukul 11:00 WIB.
Pelemahan rupiah tidak lepas dari performa dolar AS. Kemarin, dolar AS berhasil membukukan rekor baru dan menyentuh titik tertinggi sejak dua dekade terhadap 6 mata uang dunia lainnya. Indeks dolar AS naik ke posisi 105,46 dan menjadi yang tertinggi sejak Desember 2002.
Pukul 11:00 WIB, greenback terkoreksi 0,30% ke 105,202. Meski begitu, dolar AS masih berada dekat dengan rekor tertingginya.
Rilis Indeks Harga Produsen (IHP) AS per Mei yang melonjak ke 10,8% secara tahunan dipicu oleh harga bahan bakar yang naik. Produsen kemungkinan akan menaikkan harga jual produk atau jasa mereka ke konsumen dan akan terjadi inflasi pada harga konsumen, sehingga potensi inflasi melonjak di masa depan menjadi meningkat.
Hal tersebut semakin menguatkan ekspektasi pasar bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan lebih hawkish lagi untuk menaikkan suku bunga acuannya.
Selain itu, kemarin, imbal hasil (yield) obligasi tenor 10 tahun mencapai 3,475% dan menjadi posisi tertinggi sejak April 2011 atau satu dekade. Yield obligasi tenor 2 tahun juga naik ke 3,439%, tertinggi sejak November 2007.
Naiknya yield obligasi pemerintah AS menandakan bahwa pasar global sedang bergejolak karena meningkatnya kecemasan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuan lebih dari perkiraan pasar.
Hari ini, Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati memberikan pernyataan mengenai strateginya untuk mengurangi defisit fiskal untuk mengurangi risiko likuiditas yang lebih ketat jika The Fed menaikkan suku bunga lebih agresif.
Dia juga mengatakan bahwa pemerintah memang sudah mengantisipasi kenaikan bunga acuan tersebut.
Dia mengungkapkan strateginya untuk memastikan rejeki nomplok terkait komoditas digunakan untuk mengurangi defisit fiskal. Harapannya Indonesia dapat membukukan pendapatan tambahan sebesar 3% dari produk domestik bruto tahun ini.
"Kami harus memastikan bahwa tambahan ruang fiskal ini akan disediakan bagi kami untuk terlebih dahulu menurunkan defisit sehingga kami tidak harus berada dalam posisi mencari sumber pembiayaan ketika pasar begitu bergejolak," katanya dikutip dari Reuters.
Menurutnya, berdasarkan 40 tahun terakhir, kenaikan suku bunga acuan AS akan diikuti oleh likuiditas yang lebih ketat, kenaikan suku bunga global, dan dolar AS yang kuat. Hal tersebut juga menjadi pertimbangan pemerintah untuk mengelola ekonomi dan anggaran.
Indonesia membebaskan batas defisit anggaran sebesar 3% dari PDB selama tiga tahun mulai 2020 untuk memberikan ruang bagi lebih banyak pengeluaran pemerintah selama pandemi COVID-19. Batas tersebut akan diaktifkan kembali tahun depan.
Namun, lonjakan harga minyak telah menghadirkan tantangan bagi rencana konsolidasi fiskal.
Bulan lalu, pemerintah menaikkan subsidi energinya sebesar US$ 24 miliar untuk menjaga beberapa harga energi tidak berubah, dan ini akan memperluas prospek defisit fiskal 2022 menjadi 4,5% dari PDB, dari 4% yang diantisipasi sebelumnya.
Sri Mulyani mengatakan defisit tahun depan akan dirancang berada dalam kisaran 2,61% hingga 2,9% dari PDB.
Di sepanjang pekan ini, rupiah telah terkoreksi 1,34% terhadap si greenback. Pelemahan rupiah pada hari ini, telah teridentifikasi pada pasar Non-Deliverable Forward (NDF) jika dibandingkan dengan performanya pada perdagangan kemarin.
Periode | Kurs Selasa (14/6) pukul 15:20 WIB | Kurs Rabu (15/6) pukul 11:05 WIB |
1 Pekan | Rp14.709,4 | Rp14.735,0 |
1 Bulan | Rp14.732,8 | Rp14.757,3 |
2 Bulan | Rp14.739,0 | Rp14.775,8 |
3 Bulan | Rp14.760,0 | Rp14.795,9 |
6 Bulan | Rp14.815,0 | Rp14.849,1 |
9 Bulan | Rp14.894,0 | Rp14.924,9 |
1 Tahun | Rp14.992,5 | Rp15.014,0 |
2 Tahun | Rp15.384,0 | Rp15.460,0 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/vap)