
India China Berpotensi Kurangi Impor, Harga CPO Turun Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) Malaysia turun tipis di sesi pembukaan perdagangan Rabu (15/6/2022). Potensi berkurangnya permintaan dari dua negara importir terbesar CPO dunia, ikut menekan harga CPO hari ini. Lantas, bagaimana tren selanjutnya?
Mengacu pada Refinitiv, pukul 08:00 WIB harga CPO di banderol di level MYR 5.840/ton atau turun tipis 0,14%.
Meski begitu, harga CPO masih anjlok 9,70% secara mingguan dan drop 4,51% secara bulanan. Namun, secara tahunan harga CPO masih melesat 71,56%.
Teknisnya, analis Reuters, Wang Tao memproyeksikan harga CPO akan tetap netral dalam kisaran MYR 5.702-5.892/ton.
Penembusan di bawah MYR 5.702/ton akan mengkonfirmasi penurunan ke kisaran MYR5.394-5.571/ton.
![]() |
Harga minyak kelapa sawit berjangka Malaysia berakhir naik 1,1% pada Selasa (14/6) di banderol MYR 5.848/ton (US$1.325,11/ton) dan menghentikan tren penurunan selama empat hari beruntun.
Meski demikian, impor minyak sawit India per Mei tercatat turun 10% ketimbang bulan sebelumnya karena Indonesia sempat melarang ekspor CPOnya. Pembelian yang berkurang dari India, tentunya akan membebani pasar minyak nabati dunia.
India hanya mengimpor 514.022 ton minyak sawit pada Mei yang turun dari 572.508 ton pada April. Sementara itu, India telah menaikkan impor minyak kedelai sebanyak 37% menjadi 373.043 ton dan menambah impor minyak bunga matahari lebih dari dua kali lipat ke 118.482 ton. Kedua minyak tersebut menjadi alternatif dari minyak kelapa sawit.
Tidak hanya itu, Refinitiv Agriculture Research mengatakan bahwa kekhawatiran atas permintaan yang lebih sedikit dari China meningkat karena negara tirai bambu tersebut menunda pembukaan kembali dua kota besarnya untuk menghindari penyebaran virus Covid-19.
Penurunan harga CPO hari ini, kemungkinan karena tertekannya pasar karena permintaan dari India dan China menurun. Padahal, India dan China merupakan pembeli utama CPO.
Namun, seperti diwartakan Reuters, India kemungkinan akan mengizinkan ekspor gandum untuk memenuhi permintaan biji-bijian pangan Indonesia dengan perjanjian bahwa Indonesia dapat mengekspor minyak sawit tanpa gangguan. India telah mengalami lonjakan inflasi karena kekurangan minyak nabati.
Pada 13 Mei 2022, India sempat melarang ekspor gandum untuk memastikan ketersediaan yang memadai dalam negeri, bahkan, ketika harga gandum global telah meroket karena kekhawatiran pasokan. Namun, India mengumumkan perjanjian ekspor tetap terbuka melalui kesepakatan pemerintah ke pemerintah atau G2G.
India merupakan salah satu importir terbesar minyak kelapa sawit. Sebagai informasi, pada 2021, India telah mengimpor sebanyak 133,5 juta ton minyak nabati di mana sekitar 56% merupakan minyak kelapa sawit.
Larangan ekspor CPO Indonesia telah memukul ekonomi India hingga mengalami lonjakan inflasi. Sehingga, kerjasama perdagangan antara India dapat menguntungkan kedua belah pihak karena Indonesia juga bergantung terhadap impor biji-bijian India.
Kesepakatan G2G dapat memastikan bahwa tidak akan ada gangguan tiba-tiba dalam pasokan minyak nabati ke India di masa depan. Prioritas utama pemerintah India untuk memastikan kecukupan pasokan minyak nabati untuk mendinginkan inflasi.
Kesepakatan G2G antara India dan Indonesia diharapkan akan mendongkrak permintaan CPO dari India yang sempat turun pada Mei. Sehingga, pendapatan impor Indonesia tetap terjaga dan harga CPO dunia stabil.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga CPO Hari Ini Anjlok! Harga Minyak Goreng Ikutan Turun?