
Indeks Dolar AS Balik Turun, Rupiah Bergerak Liar!

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah terpuruk sejak awal pekan, nilai tukar rupiah menguat tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Rabu (15/6/2022). Dalam dua hari terakhir, rupiah sudah merosot hingga 1%, bahkan kemarin sempat menyentuh level terlemah dalam 18 bulan terakhir.
Rupiah masih sulit mempertahan penguatan pagi ini dan bergerak liar. Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,07% ke Rp 14.685/US$. Setelahnya rupiah berbalik melemah 0,21% ke Rp 14.725/US$, sebelum kembali ke menguat ke posisi awal.
Pergerakan liar rupiah tersebut sudah terlihat dari pergerakannya yang naik turun cukup besar di pasar non-deliverable forward (NDF) pagi ini. Beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan, posisinya hanya melemah tipis ketimbang sesaat setelah penutupan perdagangan kemarin.
Periode | Kurs Selasa (14/6) pukul 15:20 WIB | Kurs Rabu (15/6) pukul 8:54 WIB |
1 Pekan | Rp14.709,4 | Rp14.713,7 |
1 Bulan | Rp14.732,8 | Rp14.713,2 |
2 Bulan | Rp14.739,0 | Rp14.752,0 |
3 Bulan | Rp14.760,0 | Rp14.773,7 |
6 Bulan | Rp14.815,0 | Rp14.832,6 |
9 Bulan | Rp14.894,0 | Rp14.904,9 |
1 Tahun | Rp14.992,5 | Rp14.998,6 |
2 Tahun | Rp15.384,0 | Rp15.405,0 |
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot.
Bank sentral AS (The Fed) yang akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis dini hari waktu Indonesia menjadi perhatian utama.
The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin, menjadi 1,5% - 1,75%, lebih besar dari ekspektasi kenaikan sebelumnya 50 basis poin.
Pergerakan liar rupiah yang terjadi pagi ini juga tidak lepas dari indeks dolar AS yang justru berbalik melemah 0,31% ke 105,196 pagi ini.
Dolar AS mengalami koreksi akibat aksi profit taking setelah indeksnya mencapai level tertinggi dalam dua dekade terakhir. Selain itu, jika The Fed tetap seperti pernyataan sebelumnya menaikkan 50 basis poin, maka ada risiko dolar AS akan berbalik arah, bahkan jeblok.
Sementara itu dari dalam negeri, pelaku pasar menanti rilis data neraca perdagangan Indonesia bulan Mei, saat sebagian besar larangan ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan turunannya masih berlaku.
Meski demikian neraca perdagangan Indonesia diperkirakan masih akan tetap surplus.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari13 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Mei akan mencapai US$ 3,57 miliar. Surplus tersebut lebih kecil dibandingkan yang tercatat pada April 2022 yakni US$ 7,56 miliar.
Konsensus juga menunjukkan bahwa ekspor akan tumbuh 38,06% (year on year/yoy) sementara impor meningkat 34,06%. Sebagai catatan, pada April lalu, nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 27,32 miliar atau melonjak 47,8% (yoy) sementara impor meningkat 21,9% menjadi US$ 19,76 miliar.
Neraca perdagangan yang masih surplus bisa memberikan sentimen positif ke rupiah. Sebab, bisa mempertahankan surplus transaksi berjalan dan pasokan devisa ke dalam negeri, sehingga rupiah bisa lebih stabil.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia
