Bursa Asia Bertahan Meski Paman Sam Ambruk! Ada Apa Gerangan?

Riset, CNBC Indonesia
15 June 2022 07:30
Men are seen near the new Beijing Stock Exchange building at the Financial Street, in Beijing, China, November 15, 2021. REUTERS/Tingshu Wang
Foto: REUTERS/TINGSHU WANG

Jakarta,CNBCIndonesia -Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses mengakhiri perdagangan Selasa (14/6/2022) dengan penguatan cukup tajam meski di awal perdagangan sempat ambles. IHSG ditutup naik 0,78% ke 7.049,88. Indeks terus menguat di sesi kedua.

Sebelum berhasil pulih pada dini hari tadi, bursa AS pada perdagangan kemarin membukukan koreksi tajam yang terjadi seiring dengan kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS 10 tahun.

Yield obligasi pemerintah AS kembali menjadi momok untuk pasar saham dan aset-aset berisiko lain. Semalam, yield obligasi pemerintah AS naik ke level tertinggi dalam satu dekade di 3,37%.

Rilis inflasi AS bulan Mei lalu yang lebih tinggi dari ekspektasi pasar memicu reaksi negatif. The Fed yang kebetulan akan mengadakan rapat komite pengambil kebijakan FOMC pada 14-15 Juni 2022 juga menjadi sorotan.

Bank sentral AS tersebut diperkirakan bakal menaikkan suku bunga acuannya lebih agresif sebesar 75 basis poin. Padahal sebelum rilis data inflasi, pasar masih memperkirakan kenaikan hanya sebesar 50 basis poin saja.

Hal ini tak hanya membuat pasar saham AS guncang, akan tetapi pasar kripto global pun terkoreksi. Indeks kripto yang berisikan konstituen mata uang digital berkapitalisasi pasar besar yakni CMC Crypto 200 Index tumbang 21,5% pada perdagangan kemarin.

Koreksi tersebut seiring dengan ambruknya duo mata uang kripto terbesar yakni Bitcoin dan Ethereum yang kemarin drop hingga 15% dan 18%.

Kondisi ini tentu saja membuat investor terutama di Kawasan Asia cukup terkejut karena bursa Benua Kuning ditutup mayoritas menghijau.

Selain IHSG yang menghijau seperti disebutkan di atas, di negara tetangga Malaysia, KLCI sukses naik 1,12%, di Thailand BSET naik 0,19%, Hang Seng hijau tipis 0,41 poin, Shanghai pun terapresiasi 1,02%. Praktis hanya Nikkei dan Kospi yang terkoreksi 1,32% dan 0,46% di antara bursa besar di Kawasan Asia.

Saktinya pertahanan pasar modal terutama pasar modal Asia Tenggara yang mayoritas diisi oleh pasar negara Emerging Market tak lepas dari underlying asset pasar modal yakni perusahaan publik.

Memang secara valuasi, pasar modal emerging market masih bisa dikategorikan murah apabila dibandingkan dengan pasar modal negara maju, sehingga apabila terjadi koreksi akibat ketakutan akan kenaikan suku bunga yang menyebabkan valuasi pasar saham turun, maka dampaknya terhadap pasar modal negara berkembang akan kecil karena valuasi pasar modalnya masih murah dengan prospek pertumbuhan yang tinggi.

Catat saja secara valuasi PE atau Price Earnings Ratio yang membandingkan laba bersih dengan harga saham perusahaan, maka valuasi PE IHSG berada di kisaran 13,77 kali, KLCI di angka 14,89 kali, dan BSET di posisi 15,05 kali.

Angka ini tentu jauh lebih menarik dibandingkan dengan PE di indeks bursa-bursa negara maju seperti Nasdaq yang berada di level 21,78 kali dan S&P 500 di angka 18,25 kali.


(trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular