
Dihantam Luar Dalam, Rupiah Babak Belur!

Tekanan dari eksternal diperburuk dari dalam negeri. Jika melihat pergerakan mata uang Asia hari ini, beberapa mampu menguat melawan dolar AS.
Artinya, sentimen pelaku pasar sebenarnya tidak buruk-buruk amat. Tetapi, rupiah masih sulit menguat. Sebabnya, kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) yang diperkirakan akan kembali melonjak di Indonesia.
Hal ini terjadi akibat penyebaran varian baru subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.
Rata-rata kenaikan kasus dalam 7 hari terakhir hingga Senin kemarin sebanyak 562 orang, naik sekitar 57% dari pekan sebelumnya.
Kenaikan kasus tersebut diperkirakan akan terus meningkat hingga satu bulan ke depan.
"Pengamatan kami ini gelombang BA.4, BA.5 itu biasanya puncaknya tercapai satu bulan setelah penemuan kasus pertama. Jadi harusnya di minggu kedua Juli, minggu ketiga Juli, kita akan melihat puncak kasus BA.4 dan BA.5 ini," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.
Budi mengatakan, tingkat penularan BA.4 dan BA.5 diperkirakan hanya sepertiga dari puncak kasus Delta dan Omicron. Pada saat itu, kasus harian akibat varian Delta mencapai 56 ribu, sementara Omicron mencapai 64 ribu per hari.
"Kasus hospitalisasi juga sepertiga dari kasus Delta dan Omicron, sedangkan kasus kematian sepersepuluh dari Delta dan Omicron," jelasnya.
Lonjakan kasus Covid-19 tersebut dikhawatirkan akan membuat pemerintah kembali mengetatkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang bisa membuat roda perekonomian kembali melambat. Hal ini berdampak negatif bagi rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]