
Ini 5 Saham Big Cap yang Bikin IHSG Keluar dari Level 7.000

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 1,29% dan keluar dari level psikologis 7.000 di awal pekan.
Pada perdagangan Senin (13/6/2022), IHSG ditutup di level 6.995,44. IHSG sempat drop lebih dari 2% dan membuatnya ambles ke level terendah 6.924,95.
Namun di sesi II perdagangan, IHSG sukses memangkas koreksi. Hanya saja indeks tetap berakhir di bawah level 7.000.
Untuk pertama kalinya sejak 25 Mei 2022, IHSG kembali ditutup di bawah level 7.000. Data perdagangan mencatat ada 484 saham yang melemah.
Sementara 96 saham tercatat mengalami kenaikan dan 117 saham stagnan. Saham-saham big cap banyak yang menjadi penggerak IHSG.
Dari 10 saham dengan market cap terbesar untuk IHSG ada 5 saham yang cukup membuat IHSG terlempar dari level psikologis. Berikut adalah 5 saham big cap dengan kinerja buruk tersebut.
Saham | Change (%) |
BBNI | -0.60 |
BMRI | -0,92 |
UNVR | -1,26 |
BBRI | -1,36 |
TPIA | -2,01 |
Pasar merespons negatif pergerakan aset keuangan global termasuk Wall Street akhir pekan lalu setelah rilis data inflasi Mei 2022.
Perlu diketahui, laju inflasi di AS bulan lalu meningkat 8,6% secara year on year (yoy), lebih tinggi dari perkiraan pasar di 8,3% yoy.
Pasar mengantisipasi outlook inflasi yang masih akan tetap tinggi apalagi perang Rusia dengan Ukraina masih terus berlanjut.
Dengan angka inflasi yang terus meningkat, banyak pihak yang menilai resesi sudah di depan mata.
Tidak hanya kontraksi ekonomi saja yang dikhawatirkan oleh pelaku pasar, melainkan hantu stagflasi terutama di AS.
Laju inflasi yang meningkat tajam membuat pasar berekspektasi bahwa bank sentral AS akan semakin agresif untuk menaikkan suku bunga acuan.
Kebetulan minggu ini tepatnya pada 14-15 Juni, komite pengambil kebijakan the Fed (bank sentral AS) yaitu FOMC akan menggelar rapat untuk memutuskan kebijakan suku bunganya.
Pelaku pasar memperkirakan otoritas moneter AS akan menaikkan suku bunga Federal Funds Rate (FFR) sebesar 50 basis poin (bps) dengan probabilitas 78,9% bulan Juni ini.
Menariknya sebagian pelaku pasar mulai mengantisipasi laju kenaikan yang lebih agresif sebesar 75 bps dengan probabilitas 21,1%.
Berkaca pada bulan Mei lalu ketika the Fed menaikkan suku bunga acuan 50 bps, pasar keuangan global termasuk Indonesia ambles.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000