Sinyal Amerika Resesi Makin Kuat, Rupiah Bisa Jeblok Lagi

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Selasa, 14/06/2022 08:00 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah jeblok 0,88% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.678/US$. Pelemahan tersebut merupakan yang terbesar sejak 6 Februari 2021 ketika jeblok 1,14%. Tekanan bagi rupiah masih akan berlanjut pada perdagangan Selasa (14/6/2022), sebab isu resesi yang akan terjadi di Amerika Serikat semakin menguat setelah kembali munculnya inversi yield Treasury. 

Inversi tersebut terjadi setelah yield Treasury tenor 2 tahun lebih tinggi ketimbang tenor 10 tahun, meski hanya berlangsung sesaat. Dalam kondisi normal, yield tenor lebih panjang akan lebih tinggi, ketika inversi terjadi posisinya terbalik. 

Sebelumnya inversi juga terjadi di bulan April lalu, dan menjadi sinyal kuat akan terjadinya resesi di Amerika Serikat. Hal ini tentunya tidak menguntungkan bagi rupiah sebagai aset emerging market. Sebaliknya, dolar AS yang merupakan aset safe haven lebih diuntungkan. Indeks dolar AS langsung melesat 0,9% ke 105,078 yang merupakan level tertinggi dalam dua dekade terakhir.


Secara teknikal rupiah yang disimbolkan USD/IDR kembali melemah setelah menyentuh menyentuh rerata pergerakan 100 hari (moving average 100/MA100) di sekitar Rp 14.415/US$.

Rupiah kini kembali ke atas MA 50. Artinya rupiah bergerak di atas tiga MA lagi, tentunya tekanan lebih besar.

Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Indikator Stochastic pada grafik harian kini bergerak naik tetapi masih belum mencapai wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic yang belum mencapai overbought tentunya berisiko membuat rupiah melemah.

Resisten terdekat kini berada di kisaran Rp 14.700/US$, jika ditembus rupiah berisiko melemah ke Rp 14.730/US$.

Level tersebut merupakan Fibonacci Retracement 61,8% yang sukses menahan pelemahan rupiah pada 19 Mei lalu.

Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.

Grafik: Rupiah 1 Jam
Foto: Refinitiv 

Di sisi lain, stochastic pada grafik 1 jam yang berada di wilayah overbought membuka peluang rupiah menguat hari ini. Stochastic 1 jam digunakan untuk memproyeksikan pergerakan harian.

Support terdekat berada di kisaran Rp 14.650/US$, jika ditembus rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.630/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS