Rupiah Dalam Tekanan, BI: Kita Berharap Tidak Terlalu Lama

Jakarta, CNBC Indonesia - Tekanan terhadap nilai tukar rupiah sepertinya cukup berat kali ini. Bank Indonesia (BI) berharap pelemahan tidak berlangsung terlalu lama.
"Dengan angka inflasi AS yang meningkat, pelaku pasar mulai khawatir Fed akan menaikan fed fund rate 75 bp, dimana ini akan menciptakan surprise, karena pasar sebelumnya hanya mem-price in hanya 50 bp," jelas Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI), Edi Susianto kepada CNBC Indonesia, Senin (13/6/2022).
"Kita berharap tentunya tidak akan terlalu lama ya, mungkin kepastiannya paling tidak sampai Fed meeting di bulan ini," jelasnya.
Bank sentral AS (The Fed) akan memulai rapat esok hari dan hasilnya akan diumumkan pada Kamis mendatang. Pasar melihat ada peluang The Fed menaikkan suku bunga hingga 75 basis poin seiring dengan realisasi consumer price index (CPI) pada Mei 2022 melesat 8,6% year-on-year (yoy).
BI memantau dengan ketat likuiditas valuta asing (valas). Apabila ada situasi yang mendesak, maka BI siap melakukan intervensi baik di pasar spot, dndf dan juga pembelian SBN, demi memastikan pergerakan nilai tukar stabil sesuai dengan fundamentalnya.
Analis Makroekonomi Bank Danamon Irman Faiz meyakini pelemahan nilai tukar hanya bersifat temporer. Apabila the Fed sudah mengeluarkan keputusan, maka rupiah berpotensi menguat kembali.
"Peluang menguat mungkin masih ada ya karena harga komoditas ekspor masih tinggi," kata Irman kepada CNBC Indonesia.
"Tapi kalau saya melihat memang tren rupiah ke akhir tahun akan depresiasi ke level 14.650-14.750 seiring dengan impor yang meningkat karena pemulihan demand domestik dan pengetatan kebijakan moneter global," pungkasnya.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer