China Masih Terjerat Covid, Harga Tembaga Ambles

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Jumat, 10/06/2022 15:15 WIB
Foto: Tambang Freeport Grasberg, Timika (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga dunia melemah terbebani oleh kekhawatiran akan pengetatan kembali Shanghai dan Beijing. Lockdown yang kembali dilakukan di sebagian wilayah di China membuat permintaan tembaga diperkirakan susut.

Pada Jumat (10/6/2022) pukul 14.25 WIB harga tembaga dunia tercatat US$ 9.585,5/ton, turun 0,24% dibandingkan dengan harga penutupan kemarin.


Shanghai dan Beijiing kembali dalam siaga Covid-19 baru pada hari Kamis setelah beberapa wilayah kembali memberlakukan karantina wilayah (lockdown) dan melakukan tes massal untuk jutaan penduduk.

Penduduk di distrik Minhang diwajibkan untuk tinggal di rumah selama dua hari dalam upaya membatasi penularan virus corona (Coronavirus Disease 2019/Covid-19).

Minhang adalah distrik yang ditempati oleh dua juta lebih penduduk. Adapun pembatasan akan dicabut setelah uji asam nukleat pada 11 Juni berakhir.

"Kemunduran terbaru ini menimbulkan pertanyaan tentang apakah pembukaan kembali akan semulus yang diharapkan, sehingga berisiko menghambat aktivitas ekonomi di seluruh negeri," kata analis ANZ dalam sebuah laporan.

Hal ini dinilai investor bahwa risiko Covid di konsumen utama tembaga, China, masih tinggi. Sehingga rentan menggerus permintaan tembaga.

Pasalnya, China sendiri adalah konsumen tembaga olahan terbesar di dunia. Menurut Statista, konsumsi China mencapai 54% dunia. Sehingga permintaan dari China memiliki pengaruh terhadap harga tembaga.

Sementara Dollar Index (yang mengukur greenback terhadap 6 mata uang utama) turut terungkit. Dollar Index berada di posisi 103,08. Harga tembaga yang dibanderol dengan dolar AS pun tertekan karena jadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Permintaan turun, harga mengikuti.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Investasi Yang Bisa Dilirik Saat Perang & Suku Bunga Ditahan