RBA Agresif Kerek Suku Bunga, Kurs Dolar Australia kok Turun?
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia turun melawan rupiah pada perdagangan Rabu (8/6/2022), meski bank sentralnya (Reserve Bank of Australia/RBA) sekali lagi mengejutkan pasar dengan kenaikan suku bunga yang agresif.
Melansir data Refintiv, pada pukul 12:25 WIB, dolar Australia diperdagangkan di kisaran Rp 10.427AU$, melemah 0,17% di pasar spot.
Kemarin, RBA di bawah pimpinan Philip Lowe kembali menaikkan suku bunga, bahkan sebesar 50 basis poin menjadi 0,85%. Suku bunga tersebut merupakan yang tertinggi sejak September 2019, atau sebelum pandemi penyakit virus corona (Covid-19) melanda.
Kenaikan suku bunga tersebut lagi-lagi lebih tinggi dari hasil survei Reuters yang memperkirakan sebesar sebesar 25 basis poin menjadi 0,6%.
Hal yang sama juga terjadi pada bulan lalu, saat menaikkan suku bunga untuk pertama kali sejak November 2010. Suku bunga dinaikkan 25 basis poin, lebih tinggi dari perkiraan pasar 15 basis poin.
Langkah agresif yang diambil RBA menunjukkan bagaimana inflasi bisa menjadi masalah besar bagi perekonomian, sehingga harus segera diredam.
Lowe dalam pengumuman kebijakan moneter hari ini juga mengakui kekhawatiran akan tingginya inflasi membuat suku bunga dinaikkan dengan agresif. Meski demikian, Lowe juga melihat perekonomian Australia yang kuat, pasar tenaga kerja yang solid, dan investasi bisnis yang mulai meningkat.
Namun, dolar Australia tidak bisa melesat tinggi, malah berbalik melemah hari ini. Hal ini tidak lepas dari belum jelasnya langkah yang diambil RBA selanjutnya. Ada kemungkinan RBA mengambil kebijakan front-loading, suku bunga dinaikkan dengan agresif di awal, kemudian melihat bagaimana efeknya terhadap inflasi dan pasar tenaga kerja.
Apalagi, Lowe menyatakan seberapa besar dan cepat laju kenaikan suku bunga ke depannya akan sangat tergantung dari rilis data ekonomi, dan penilaian anggota dewan RBA terhadap outlook inflasi serta pasar tenaga kerja.
Hal tersebut bisa menjadi indikasi RBA akan melihat dulu dampak kenaikan suku bunga yang agresif sebanyak dua kali ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)