Cadev RI Turun Tipis, Strategi Jokowi Stop Ekspor CPO Jitu!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
08 June 2022 12:50
Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Mei 2022
Foto: Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo Memberikan Keterangan Pers Mengenai Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Mei 2022. (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Bulan lalu, rupiah sebarnya sempat terpuruk hingga menyentuh Rp 14.736/US$ yang merupakan level terlemah dalam satu setengah tahun terakhir. Salah satu pemicunya yakni pelarangan ekspor CPO.

Kinerja rupiah di bulan Mei baru membaik setelah pemerintah kembali membuka keran ekspor minyak sawit mentah dan turunannya.

Meski rupiah terpuruk, tetapi Bank Indonesia sepertinya melepas rupiah dan tidak banyak melakukan intervensi. Hal ini dilihat dari penurunan cadangan devisa yang tipis di bulan Mei.

Artinya, tekanan bagi rupiah mungkin tidak terlalu besar meski bank sentral AS (The Fed) sangat agresif dalam menaikkan suku bunga di tahun ini.

Pekan depan, The Fed akan menaikkan suku bunga lagi, hampir pasti sebesar 50 basis poin ke menjadi 1,25% - 1,5%. Dan di akhir tahun nanti, suku bunga diperkirakan mencapai 2,75% - 3%, atau naik 200 basis poin lagi dari level saat ini.

Di sisi lain, BI masih enggan menaikkan suku bunga. Hal ini bisa menjadi indikasi BI melihat tekanan eksternal bagi rupiah tidak terlalu besar.

Dalam pengumuman kebijakan moneter bulan lalu Gubernur BI Perry Warjiyo menyiratkan tidak perlu merespon dengan ikut menaikkan suku bunga.

"Kalau mengukur kebijakan moneter jangan hanya mengukur suku bunga. Kebijakan moneter Bank Indonesia yakni likuiditas, kita lakukan pengurangan, kemudian nilai tukar dan yang ketiga suku bunga," kata Perry.

Perry juga menyatakan pengaruh kebijakan The Fed ke Indonesia melalui kenaikan yield obligasi AS (Treasury) yang berdampak ke yield Surat Berharga Negara (SBN). Namun, menurut Perry kenaikan yield obligasi pemerintah AS tidak selalu berdampak simetris, sebab ada faktor lain yang mempengaruhi yakni pola pembiayaan fiskal pemerintah dan preferensi investor dalam negeri yang bisa menerima yield lebih rendah ketimbang investor asing.

Perry menegaskan normalisasi kebijakan Indonesia terlebih dahulu dilakukan dengan normalisasi likuiditas dengan kenaikan Giro Wajib Minimum (GWM).

TIM RISET CNBC INDONESIA 

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular