
Investor Mulai Melepas SBN, Yieldnya Menguat Lagi

Jakarta, CNBCIndonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) berbalik melemah pada perdagangan Selasa (7/6/2022), di mana investor masih cenderung mengevaluasi inflasi global yang berpotensi masih meninggi.
Mayoritas investor cenderung melepas SBN pada hari ini, ditandai dengan naiknya imbal hasil (yield). Hanya SBN tenor 15 dan 25 tahun yang ramai diburu oleh investor, ditandai dengan turunnya yield dan harganya yang menguat.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 15 tahun turun 0,8 basis poin (bp) ke level 7,334%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 25 tahun melemah 2,8 bp ke level 7,52%.
Sementara untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara berbalik menguat 6 bp ke level 7,026%. Yield SBN tenor 10 kembali menyentuh kisaran level 7%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Investor mulai melepas SBN pada hari ini setelah dalam setidaknya sebulan terakhir mereka memburunya karena mereka menilai bahwa kondisi global masih dilanda ketidakpastian.
Saat ini, investor masih mengevaluasi inflasi global yang berpotensi masih meninggi, meski tanda-tanda akan melandai terbuka lebar.
Sementara itu dari Amerika Serikat (AS), yield obligasi pemerintah AS (Treasury) cenderung kembali melemah pada pagi hari ini waktu AS, di mana investor menanti rilis data inflasi pada periode Mei 2022.
Dilansir dari CNBC International, yield Treasury tenor 10 tahun cenderung melemah 1,8 bp ke level 3,02%, dari sebelumnya pada penutupan Senin kemarin di level 3,038%. Yield Treasury tenor 10 tahun kembali menyentuh kisaran level 3% sejak Senin awal pekan ini.
Investor menanti rilis data inflasi pada periode Mei 2022 yang akan dirilis pada akhir pekan ini. Inflasi dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) AS pada bulan lalu diprediksiĀ akan sedikit lebih rendah ketimbang bulan April dan beberapa analis mengharapkan IHK akan menunjukkan bahwa inflasi telah mencapai puncaknya.
Namun, investor juga masih memperkirakan bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) masih akan bersikap agresif untuk menaikkan suku bunga acuannya di pertemuan berikutnya.
Berdasarkan CME FedWatch, probabilitas kenaikan Federal Funds Rate sebesar 50 basis poin (bp) menjadi 1,25-1,5% pada rapat 15 Juni mendatang mencapai 98%. Pada akhir tahun, pasar memperkirakan suku bunga acuan Negeri Paman Sam berada di 2,75-3%, peluangnya 52,5%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi