
Era Proteksi Makanan Dunia Dimulai, Ini Daftar Negaranya!

Jakarta, CNBC Indonesia - Proteksionisme pangan sedang menjadi tren di antara negara-negara penghasil komoditas dunia. Terbaru, Malaysia membatasi ekspor ayam ke Singapura sehingga harga ayam di Negeri Merlin itu meroket.
Harimau Malaya tak sendirian. Ada India, Argentina, hingga Serbia ikut-ikut 'tren' tersebut. Lantas, apakah tren ini membahayakan dunia? Berikut daftar negara yang menerapkan pembatasan ekspor makanan yang dihimpun oleh Tim Riset CNBC Indonesia:
Persoalan demand dan supply yang tidak seimbang menjadi jejak yang ditinggalkan pandemi Covid-19. Kecepatan sisi permintaan tidak bisa diikuti oleh laju produksi. Akibatnya barang menjadi langka dan mahal. Masalah rantai pasokan pun tak bisa dihindari.
Kilas balik ke awal tahun 2020 saat serangan Covid-19 disahkan menjadi pandemi, produksi dari segala sektor bisnis ditutup dan hanya menyisakan kesehatan. Kapasitas produksi turun drastis yang akhirnya harus berujung pada PHK masal. Di sisi lain, permintaan juga turun karena mobilitas masyarakat yang dibatasi.
Setelah vaksin dikembangkan dan penyebaran virus makin terkendali, mobilitas dibuka lebar-lebar. Konsumsi atau permintaan meningkat.
Sayangnya meningkatkan supply sangat mahal. Dibutuhkan sumber daya modal dan manusia untuk kembali 'menggenjot' produksi. Ujung-ujungnya produsen masih berkutat di rendahnya produksi. Hal ini yang kemudian membuat barang langka dan mahal, termasuk komoditas pangan.
Eskalasi geopolitik antara Rusia dan Ukraina memperparah masalah rantai pasokan akibat pandemi. Harga komoditas dan pangan melonjak. Pasalnya dua negara yang berseteru produsen utama komoditas energi dan pangan.
"Dengan harga pangan yang sudah tinggi karena gangguan rantai pasokan terkait Covid-19 dan hasil yang berkurang akibat kekeringan tahun lalu, invasi Rusia datang pada saat yang buruk bagi pasar pangan global," kata Institut Penelitian Kebijakan Pangan Internasional (IFPRI) dalam catatan April.
Harga pangan dunia pun melonjak tajam. Mengacu FAO food price index, harga pangan global berada di level 157,4 pada bulan Mei. Posisi tersebut telah naik 57% sejak dua tahun lalu atau awal pandemi. Bahkan sempat mencapai angka 160.
Harga pangan yang tinggi makin melambungkan angka inflasi global. Membuat ekonomi dunia makin dekat ke jurang resesi. Bahkan tak sedikit yang memberi peringatan stagflasi, kondisi yang lebih buruk dari inflasi. Jika inflasi adalah kondisi kenaikan harga secara umum, stagflasi adalah inflasi ditambah pertumbuhan ekonomi yang macet.
Maka dari itu, di tengah gonjang-ganjing ekonomi dunia ini banyak negara yang dilimpahi hasil pangan mulai memproteksi diri. Cara mengamankan pasokan pangan untuk pemenuhan kebutuhan sendiri dengan melarang ekspor.
