Permintaan Batu Bara India Melonjak, Ini Kata Produsen

Eqqi Syahputra, CNBC Indonesia
Selasa, 07/06/2022 12:25 WIB
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Permintaan batu bara India diproyeksikan mencapai 1,45 miliar ton per tahun pada 2029-2030. Proyeksi lonjakan 48% dalam delapan tahun mendatang karena peningkatan ekonomi yang membutuhkan batu bara di negara tersebut.

Sementara saat ini, India tengah diterpa gelombang hawa panas sehingga menyebabkan krisis listrik. Belakangan negara ini telah meningkatkan jumlah impor batu bara dikarenakan ketatnya suplai batu bara dari produsen domestik untuk pembangkit listriknya.


Untuk itu pemerintah India memiliki target ambisius untuk meningkatkan produksi batu bara, sebagai antisipasi lonjakan permintaan dalam beberapa tahun ke depan. Pada 2030, impor batubara termal India diperkirakan turun 40%, menjadi 95 juta ton dari rata-rata per tahun 159 juta ton di 2021-2022.

Proyeksi penurunan impor pada 2030 merupakan antisipasi dari lonjakan produksi sebesar 208%, yang diharapkan dari peningkatan produksi Coal India (CIL) sebesar 86%.

Disebutkan dalam 8-10 bulan terakhir kelangkaan batu bara di India karena pembangkit listrik, secara signifikan mengurangi asupan impor mereka. Hal tersebut dilakukan faktor penyeimbang, karena harga yang mahal yang berlaku di pasar internasional.

Peningkatan permintaan saat ini dan proyeksi permintaan dari India pun turut mempengaruhi produsen batu bara dalam negeri. Kondisi di India membawa potensi dan menjadi kondisi yang terus dicermati.

Menanggapi hal ini, Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Dileep Srivastava mengatakan saat ini 20% batu bara yang diproduksi diekspor ke India, seiring tingginya kebutuhan dan stok yang rendah. Meski demikian, India juga mendapatkan pasokan batu bara dari negara lainnya, seperti Rusia.

"Prospek masa depan India cerah karena pertumbuhan mereka pulih dari pandemi, permintaan dari sana akan meningkat dan pasokan terus menyusut," kata Dileep kepada CNBC Indonesia, Selasa (7/6/2022).

Dileep mengatakan pasokan dari berbagai negara terganggu karena beberapa alasan. Dia menyebutkan Kolombia memiliki masalah keamanan yang besar, Australia dilanda masalah cuaca.

"Begitu juga Indonesia dipengaruhi La Nina, hujan yang sangat deras di Kalimantan Timur mengurangi output. Penolakan pendanaan untuk kapasitas batu bara tambahan oleh lembaga dan lembaga internasional semakin memperketat pasokan pada saat permintaan meningkat," ujarnya.

Peningkatan permintaan menurutnya merupakan dampak dari pemulihan ekonomi pasca pandemi, dampak konflik Rusia dan Ukraina. Selain sanksi yang membayangi terhadap bahan bakar fosil Rusia termasuk batu bara, juga turut mempengaruhi permintaan.

"Energi terbarukan tidak dapat diandalkan dan tidak mampu mengisi kesenjangan pasokan yang semakin melebar," kata Dileep.

Harga Batu Bara Acuan (HBA) Indonesia bulan Juni 2022 ditetapkan naik 17% atau US$ 48,27 per ton menjadi US$ 323,91 per ton dari bulan Mei lalu, yaitu US$ 275,64 per ton.


(rah/rah)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Jurus Emiten Batu Bara Amankan Ekspor Saat Harga Mendingin