Bikin Kaget! Bank Sentral Australia Kerek Suku Bunga 50 Bps
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) sekali lagi mengejutkan pasar. Suku bunga dinaikkan 2 bulan beruntun, dan keduanya lebih tinggi dari ekspektasi pelaku pasar.
RBA di bawah pimpinan Gubernur Philip Lowe menaikkan suku bunga bulan lalu sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 0,35% dari rekor terendah sepanjang masa 0,1%. Kenaikan tersebut menjadi yang pertama sejak November 2010.
Bahkan kenaikannya lebih besar dari prediksi ekonom yang disurvei Reuters yang memperkirakan kenaikan sebesar 15 basis poin.
Sementara pada hari ini Selasa (7/6/2022) suku bunga kembali dinaikkan, bahkan sebesar 50 basis poin menjadi 0,85%. Suku bunga tersebut merupakan yang tertinggi sejak September 2019, atau sebelum pandemi penyakit virus corona (Covid-19) melanda.
Selain itu, kenaikan suku bunga tersebut lagi-lagi lebih tinggi dari hasil survei Reuters yang memperkirakan sebesar sebesar 25 basis poin menjadi 0,6%.
Langkah agresif yang diambil RBA menunjukkan bagaimana inflasi bisa menjadi masalah besar bagi perekonomian, sehingga harus segera diredam.
Biro Statistik Australia (ABS) pada April lalu melaporkan inflasi di kuartal I-2022 melesat 5,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).
Head of Prices Statistic ABS, Michelle Marquardt mengatakan kenaikan tersebut menjadi yang terbesar sejak tahun 2000. Kala itu pemerintah menaikkan pajak barang dan jasa.
Dilihat dari kuartal IV-2021, inflasi di Australia melesat 2,1%. Sementara itu inflasi inti tumbuh 3,7% (yoy) jauh lebih tinggi dari estimasi Reuters sebesar 3,4%.
Inflasi tersebut sudah jauh lebih tinggi dari target bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) sebesar 2% - 3%.
Lowe dalam pengumuman kebijakan moneter hari ini juga mengakui kekhawatiran akan tingginya inflasi membuat suku bunga dinaikkan dengan agresif. Meski demikian, Lowe juga melihat perekonomian Australia yang kuat, pasar tenaga kerja yang solid, dan investasi bisnis yang mulai meningkat.
Kenaikan suku bunga kali ini jelas bukan yang terakhir. RBA menegaskan komitmennya untuk melakukan apa pun yang diperlukan agar inflasi kembali ke target 2% - 3%.
Ke depannya, seberapa besar kenaikan suku bunga akan sangat tergantung dari rilis data ekonomi, dan penilainan anggota dewan RBA terhadap outlook inflasi serta pasar tenaga kerja.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)