Dolar AS Terlalu Kuat, Rupiah Melemah Lagi

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Selasa, 07/06/2022 09:13 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (7/6/2022) melanjutkan pelemahan tipis awal pekan kemarin. Dolar AS masih ditopang rilis data tenaga kerja Amerika Serikat pada pekan lalu, di sisi lain sentimen terhadap rupiah mulai membaik. 

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.450/US$, tetapi tidak lama langsung melemah 0,1% ke Rp 14.465/US$ pada pukul 9:09 WIB.

Tanda-tanda rupiah akan melemah sudah terlihat sejak pagi tadi, di mana kurs non-deliverable forward (NDF) posisinya lebih lemah ketimbang beberapa saat setelah penutupan perdagangan kemarin.


NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot.

Periode

Kurs Senin (6/6) pukul 15:23 WIB

Kurs Selasa (7/6) pukul 8:55 WIB

1 Pekan

Rp14.433,0

Rp14.447,5

1 Bulan

Rp14.437,0

Rp14.446,0

2 Bulan

Rp14.441,0

Rp14.456,0

3 Bulan

Rp14.453,0

Rp14.471,0

6 Bulan

Rp14.521,0

Rp14.533,0

9 Bulan

Rp14.608,0

Rp14.613,0

1 Tahun

Rp14.702,0

Rp14.741,0

2 Tahun

Rp15.066,0

Rp15.114,5

Sementara itu indeks dolar AS mulai menanjak lagi sejak Jumat pekan lalu. Pagi ini, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini kembali naik 0,13% ke kisaran 102,62.

Departemen Ketenagakerjaan AS pada Jumat pekan lalu mengumumkan perekonomian Negeri Paman Sam menciptakan 390.000 lapangan kerja non-pertanian (non-farm payroll/NFP) pada Mei 2022. Ini adalah pencapaian terendah sejak April 2021.

Meski demikian, realisasi tersebut jauh di atas ekspektasi pasar. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan non-farm payroll berada di 325.000.

Selain itu, rata-rata upah dilaporkan naik 0,3% dari bulan sebelumnya, dan tingkat pengangguran tetap sebesar 3,6%. Pasar tenaga kerja merupakan salah satu acuan bank sentral AS (The Fed) dalam menetapkan kebijakan moneter. Dengan pasar tenaga kerja yang kuat, The Fed tentunya masih tertap mempertahankan laju kenaikan suku bunga yang agresif.

Sementara itu sentimen terhadap rupiah mulai membaik, terlihat dari survei 2 mingguan yang dilakukan Reuters.

Para spekulan kini mulai mengurangi posisi jual (short) rupiah.

Survei tersebut menggunakan skala -3 sampai 3, angka negatif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) mata uang Asia dan jual (short) dolar AS. Semakin mendekati -3 artinya posisi long yang diambil semakin besar. Sementara angka positif berarti short mata uang Asia dan long dolar AS, dan semakin mendekati angka 3, semakin besar posisi short mata uang Asia.

Survei terbaru yang dirilis hari ini Kamis (2/6/2022) menunjukkan angka untuk rupiah 0,9 membaik dari dua pekan lalu 1,19 yang merupakan level tertinggi sejak April 2020.

Tidak hanya rupiah, posisi short mata uang Asia lainnya juga membaik.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS