Bursa Asia Lagi Nggak Kompak, Nikkei Naik, Hang Seng Turun

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
07 June 2022 08:50
A man is reflected on an electronic board showing a graph analyzing recent change of Nikkei stock index outside a brokerage in Tokyo, Japan, January 7, 2019. REUTERS/Kim Kyung-Hoon
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung bervariasi dengan mayoritas melemah pada perdagangan Selasa (7/6/2022), di tengah sikap investor yang menanti kebijakan suku bunga terbaru dari bank sentral Australia pada hari ini. Indeks Nikkei Jepang dibuka menguat 0,1% dan ASX 200 Australia naik tipis 0,04%.

Sedangkan untuk indeks Hang Seng Hong Kong dibuka melemah 0,71%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,15%, Straits Times Singapura turun tipis 0,04%, dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,68%.

Dari Australia, bank sentral (Reserve Bank of Australia/RBA) pada hari ini akan mengumumkan kebijakan suku bunga acuan terbarunya pada pukul 12:30 waktu setempat atau pukul 11:30 WIB.

Ekonom dalam survei Reuters memperkirakan bahwa bank sentral Negeri Kanguru bakal menaikkan kembali suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps).

Sebelumnya pada bulan lalu, RBA di bawah pimpinan Gubernur Philip Lowe menaikkan suku bunganya sebesar 25 bp menjadi 0,35% dari rekor terendah sepanjang masa 0,1%. Kenaikan tersebut menjadi yang pertama sejak November 2010.

Bahkan kenaikannya lebih besar dari prediksi ekonom yang disurvei Reuters saat itu yang memperkirakan kenaikan sebesar 15 bp. Sehingga pada hari ini, ekonom memprediksi bahwa suku bunga acuan RBA akan naik menjadi 0,6%.

Bursa Asia-Pasifik yang cenderung beragam terjadi di tengah menguatnya bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street pada perdagangan Senin kemarin, di mana pergerakan bursa saham AS masih cenderung tak menentu dan membuat investor masih cenderung berhati-hati memburu saham-saham di AS.

Indeks Dow Jones ditutup naik tipis 0,05% ke level 32.915,78, S&P 500 menguat 0,31% ke 4.121, 43, dan Nasdaq terapresiasi 0,4% ke posisi 12.061,37.

Investor sepertinya masih mengambil sikap hati-hati atau wait and see, terlihat dari kenaikan tiga indeks utama di AS yang relatif terbatas.

Rilis data ketenagakerjaan akhir pekan lalu sepertinya masih menancap di benak pelaku pasar. Departemen Ketenagakerjaan AS mengumumkan perekonomian Negeri Paman Sam menciptakan 390.000 lapangan kerja non-pertanian (non-farm payroll/NFP) pada Mei 2022. Ini adalah pencapaian terendah sejak April 2021.

Meski demikian, realisasi tersebut jauh di atas ekspektasi pasar. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan NFP berada di 325.000.

Jadi meski angka perciptaan lapangan kerja relatif rendah, tetapi tetap jauh di atas perkiraan. Artinya, pemulihan ekonomi di Negeri Adidaya masih berada di jalur yang tepat.

"Pertanyaan besarnya adalah, apakah akan terjadi resesi? Saya rasa jawabannya tidak. Ini tentu kabar yang bagus," kata Chistopher Grisanti, Chief Equity Strategist di MAI Capital Management, seperti dikutip dari Reuters.

Akan tetapi, data yang cukup positif tersebut bisa menjadi pembenaran bagi bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) untuk mengetatkan kebijakan moneter secara agresif. Suku bunga acuan sepertinya akan dikerek sangat tinggi.

Berdasarkan CME FedWatch, probabilitas kenaikan Federal Funds Rate sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 1,25-1,5% pada rapat 15 Juni mendatang mencapai 98%. Pada akhir tahun, pasar memperkirakan suku bunga acuan Negeri Paman Sam berada di 2,75-3%, peluangnya 52,5%.

Agar lebih yakin lagi, pasar akan menunggu rilis data inflasi pada akhir pekan ini. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan inflasi AS pada Mei lalu sebesar 8,3% (year-on-year/yoy). Tidak berubah dibandingkan bulan sebelumnya, masih bertahan di level tinggi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular