Pekan Lalu Sukses Gebuk Dolar, Rupiah Hari Ini Melemah Tipis
Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah menguat nyaris 1% melawan dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang pekan lalu, rupiah akhirnya melemah pada perdagangan Senin (6/6/2022). Dolar AS yang kembali perkasa pasca rilis data tenaga kerja membuat rupiah akhirnya terkoreksi.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,07% ke Rp 14.345/US$. Setelahnya, depresiasi tersebut bertambah menjadi 0,21% ke Rp 14.465/US$, sebelum mengakhiri perdagangan di Rp 14.540/US$, melemah 0,1% di pasar spot.
Jumat pekan lalu, Departemen Ketenagakerjaan AS mengumumkan perekonomian Negeri Paman Sam menciptakan 390.000 lapangan kerja non-pertanian (non-farm payroll/NFP) pada Mei 2022. Ini adalah pencapaian terendah sejak April 2021.
Meski demikian, realisasi tersebut jauh di atas ekspektasi pasar. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan non-farm payroll berada di 325.000.
Selain itu, rata-rata upah dilaporkan naik 0,3% dari bulan sebelumnya, dan tingkat pengangguran tetap sebesar 3,6%. Pasar tenaga kerja merupakan salah satu acuan bank sentral AS (The Fed) dalam menetapkan kebijakan moneter. Dengan pasar tenaga kerja yang kuat, The Fed tentunya masih tertap mempertahankan ;laju kenaikan suku bunga yang agresif.
"Ekonomi memang masih cukup kuat, itu adalah berita baik. Namun ketika melihat konteks yang berbeda, kabar ini akan membuat The Fed makin yakin dalam meneruskan pengetatan kebijakan moneter," kata Shawn Snyder, Head of Investment Strategy di Citi Personal Wealth Management, seperti dikutip dari Reuters.
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat suku bunga bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) berada di kisaran 2,75% - 3% dengan probabilitas 54,6%. Padahal, ekspektasi tersebut sebelumnya sudah sempat turun menjadi 2,5% - 2,75%.
"Angka non-farm payroll cukup solid. Data ini menjadi penyokong untuk kenaikan suku bunga pada paruh kedua 2022," ujar Minh Trang, Senior Currency Trader di Silicon Valley Bank yang berbasis di California (AS), seperti diberitakan Reuters.
Ekspektasi kenaikan suku bunga hingga 200 basis poin lagi dari level saat ini 0,75% - 1% tersebut membuat dolar AS kembali kuat.
Selain itu, hasil survei yang dilakukan Reuters menunjukkan sebanyak 28 dari 44 analis memperkirakan penurunan dolar AS tersebut hanya berlangsung selama 3 bulan saja. Di antara 28 analis tersebut, 16 orang memperkirakan tekanan bagi dolar AS hanya akan berlangsung hingga akhir Juni.
Dengan demikian, rupiah yang pada pekan lalu mampu menguat nyaris 1% dan berada di level terkuat dalam 5 pekan terakhir, patut waspada akan kembali mengalami tekanan.
Di bulan ini dan bulan Juli, The Fed hampir pasti akan menaikkan suku bunga masing-masing sebesar 50 basis poin.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)