Top Gainers-Losers

10 Saham Tercuan & Terboncos, Ada yang Lagi Diincar?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
06 June 2022 07:01
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menghijau pada perdagangan Jumat (3/6/2022) akhir pekan lalu, mengekor bursa Amerika Serikat (AS) pasca rilis data tenaga kerja AS yang positif.

Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup menguat 0,48% di level 7.182,96. IHSG kembali mepet zona psikologisnya di 7.200. Sepanjang perdagangan akhir pekan lalu, IHSG konsisten bergerak di zona hijau. Bahkan, IHSG sempat menyentuh level tertinggi intraday di 7.234.

Sepanjang pekan lalu, IHSG melejit 2,23% secara point-to-point (ptp) dibandingkan pekan lalu. Dengan ini, maka IHSG telah melesat dalam tiga pekan beruntun.

Pada perdagangan akhir pekan lalu, investor asing melakukan aksi beli bersih (net buy) senilai Rp 2316,56 miliar di seluruh pasar. Sementara sepanjang pekan lalu, asing tercatat melakukan aksi beli bersih (net buy) hingga mencapai Rp 6,12 triliun di seluruh pasar.

BEI mencatat rata-rata nilai transaksi harian IHSG mencapai Rp 19 triliun pada akhir pekan lalu, dengan melibatkan 36 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,5 juta kali.

Di tengah positifnya IHSG pada pekan lalu, beberapa saham menjadi top gainers. Berikut sepuluh saham yang menjadi top gainers pada perdagangan Jumat pekan lalu.

Saham Top Gainers

Di posisi pertama terdapat saham emiten media digital yakni PT Arkadia Digital Media Tbk (DIGI) yang harga sahamnya meroket hingga 35% ke level harga Rp 81/saham.

Nilai transaksi saham DIGI pada Jumat pekan lalu mencapai Rp 8,44 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 118,66 juta lembar saham. Investor asing mengoleksi saham DIGI sebesar Rp 39,59 juta di pasar reguler.

Sedangkan di posisi kedua terdapat saham emiten perikanan yakni PT Cilacap Samudera Fishing Industry Tbk (ASHA) yang harganya ditutup melejit 25% ke level harga Rp 380/saham.

Nilai transaksi saham ASHA pada Jumat pekan lalu mencapai Rp 144,58 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 386,19 juta lembar saham. Asing juga membeli saham ASHA sebesar Rp 112,52 juta di pasar reguler.

Dengan ini, maka saham ASHA dari awal listing hingga Jumat pekan lalu sudah meroket hingga 280%.

Dalam periode harian sepanjang pekan lalu, saham ASHA terus bertengger di posisi pertama top gainers harian dalam dua hari beruntun, yakni pada Senin dan Selasa. Namun pada perdagangan Kamis lalu, saham ASHA tergeser ke posisi 6. Sedangkan pada Jumat lalu, posisi ASHA di top gainers kembali naik ke posisi 2.

Sebelumnya, emiten perikanan yang masuk sektor consumer non-cyclicals ini melepas 1,25 miliar saham di harga Rp 100 saat penawaran perdana (initial public offering/IPO). Artinya dana segar yang diperoleh emiten ini mencapai Rp 125 miliar.

Dalam rencana bisnisnya, salah satu penggunaan dana yang diperoleh dari IPO adalah untuk mengakuisisi PT Jembatan Lintas Global (PT JLG), di mana PT JLG memiliki lokasi strategis di Jawa Timur, dengan limpahan ikan segar dari Pantai Utara dan Pantai Selatan serta tersedianya SDM, serta akses langsung ekspor melalui Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.

ASHA merupakan perusahaan perikanan yang terintegrasi dengan beroperasi 40 tahun lebih di industri perikanan. Produk bahan baku perikanan Cilacap Samudera berasal dari hasil tangkapan kapal sendiri dan juga dari supplier atau pihak ketiga.

Selain beberapa saham yang berhasil masuk ke jajaran top gainers, beberapa saham juga masuk ke jajaran top losers. Berikut 10 saham top losers pada perdagangan Jumat pekan lalu.

Saham Top Losers

Di posisi pertama terdapat saham emiten konstruksi dan pengembangan property yakni PT Binakarya Jaya Abadi Tbk (BIKA) yang harga sahamnya ditutup ambruk 6,99% ke level harga Rp 173/saham. Dengan ini, maka saham BIKA menyentuh batas auto rejection bawah (ARB).

Nilai transaksi saham BIKA pada perdagangan Jumat pekan lalu mencapai Rp 458,92 juta dengan volume perdagangan yang hanya mencapai 2.570 lembar saham.

Saham BIKA menjadi saham yang koreksinya paling dalam karena BEI memberikan notasi khusus kepada saham BIKA sebanyak 2 macam yakni notasi 5 yang artinya Laporan keuangan terakhir menunjukkan ekuitas negatif dan notasi 10 yang berarti Efek Bersifat Ekuitas Dalam Pemantauan Khusus.

Dari kinerja keuangan pada kuartal I-2022, BIKA membukukan rugi bersih. Berdasarkan laporan keuangan perseroan yang tidak diaudit pada kuartal I-2022, rugi bersih periode berjalan BIKA mencapai Rp 26,65 miliar, dari sebelumnya pada kuartal I-2021 yang masih mencatatkan laba bersih sebesar Rp 117,01 miliar.

Hal ini karena adanya penurunan yang cukup signifikan pada pendapatan perseroan, yakni turun menjadi Rp 11,14 miliar, dari sebelumnya pada kuartal I-2021 sebesar Rp 250,54 miliar.

Adapun dari top line, ekuitas BIKA juga masih membukukan angka negatif, bahkan makin parah. Pada kuartal I-2022, ekuitas BIKA mencapai negatif Rp 179,42 miliar, dari sebelumnya pada kuartal IV-2021 di negatif Rp 152,77 miliar. Hal inilah yang membuat BEI belum melepas notasi 10 di saham BIKA.

Selain itu, terdapat pula saham emiten produsen sepatu dengan merek BATA yakni PT Sepatu Bata Tbk (BATA), yang harganya ambles 6,92% ke posisi harga Rp 484/saham. Saham BATA juga terkena level ARB-nya pada Jumat pekan lalu.

Nilai transaksi saham BATA pada perdagangan Jumat pekan lalu mencapai Rp 18,19 juta dengan volume perdagangan yang hanya mencapai 37.500 lembar saham.

Selain saham BIKA dan BATA, terdapat pula saham emiten perdagangan batu bara yakni PT RMK Energy Tbk (RMKE) yang ambrol 6,77% ke level Rp 620/saham pada perdagangan Jumat pekan lalu.

Nilai transaksi saham RMKE pada perdagangan Jumat pekan lalu mencapai Rp 16,63 miliar dengan volume perdagangan mencapai 25,88 juta lembar saham. Asing melego saham RMKE sebesar Rp 1,81 miliar di pasar reguler.

Pada kondisi saat ini, harga komoditas batu bara menjadi yang paling diperhatikan investor saat mengoleksi saham RMKE.

Secara keseluruhan, pada pekan lalu, harga batu bara masih menguat 6,6% secara point-to-point (ptp). Harga batu hitam juga melesat 32,2% dalam sebulan dan melonjak 238,6% dalam setahun.

Namun, Pada perdagangan Kamis lalu, harga batu bara sempat ambruk 5% ke US$ 390/ton. Penguatan pada Jumat pekan lalu sebesar 0,13% belum cukup untuk mengompensasi koreksi tersebut.

Jika melihat pertumbuhan kinerja keuangan dan operasional, RMKE mencatatkan pertumbuhan signifikan sepanjang 2021. Perseroan mencetak pendapatan bersih sebesar Rp 1,86 triliun, naik 194% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari posisi tahun lalu sebesar Rp 635,24 miliar.

Kinerja keuangan dan operasional yang positif sepanjang tahun 2021 tersebut didukung oleh kenaikan harga komoditas global, khusunya batu bara. RMKE mencatatkan volume angkutan batu bara yang meningkat 20% menjadi 6 juta ton tahun lalu.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular