
10 Saham Tercuan & Terboncos, Ada yang Lagi Diincar?

Selain beberapa saham yang berhasil masuk ke jajaran top gainers, beberapa saham juga masuk ke jajaran top losers. Berikut 10 saham top losers pada perdagangan Jumat pekan lalu.
![]() |
Di posisi pertama terdapat saham emiten konstruksi dan pengembangan property yakni PT Binakarya Jaya Abadi Tbk (BIKA) yang harga sahamnya ditutup ambruk 6,99% ke level harga Rp 173/saham. Dengan ini, maka saham BIKA menyentuh batas auto rejection bawah (ARB).
Nilai transaksi saham BIKA pada perdagangan Jumat pekan lalu mencapai Rp 458,92 juta dengan volume perdagangan yang hanya mencapai 2.570 lembar saham.
Saham BIKA menjadi saham yang koreksinya paling dalam karena BEI memberikan notasi khusus kepada saham BIKA sebanyak 2 macam yakni notasi 5 yang artinya Laporan keuangan terakhir menunjukkan ekuitas negatif dan notasi 10 yang berarti Efek Bersifat Ekuitas Dalam Pemantauan Khusus.
Dari kinerja keuangan pada kuartal I-2022, BIKA membukukan rugi bersih. Berdasarkan laporan keuangan perseroan yang tidak diaudit pada kuartal I-2022, rugi bersih periode berjalan BIKA mencapai Rp 26,65 miliar, dari sebelumnya pada kuartal I-2021 yang masih mencatatkan laba bersih sebesar Rp 117,01 miliar.
Hal ini karena adanya penurunan yang cukup signifikan pada pendapatan perseroan, yakni turun menjadi Rp 11,14 miliar, dari sebelumnya pada kuartal I-2021 sebesar Rp 250,54 miliar.
Adapun dari top line, ekuitas BIKA juga masih membukukan angka negatif, bahkan makin parah. Pada kuartal I-2022, ekuitas BIKA mencapai negatif Rp 179,42 miliar, dari sebelumnya pada kuartal IV-2021 di negatif Rp 152,77 miliar. Hal inilah yang membuat BEI belum melepas notasi 10 di saham BIKA.
Selain itu, terdapat pula saham emiten produsen sepatu dengan merek BATA yakni PT Sepatu Bata Tbk (BATA), yang harganya ambles 6,92% ke posisi harga Rp 484/saham. Saham BATA juga terkena level ARB-nya pada Jumat pekan lalu.
Nilai transaksi saham BATA pada perdagangan Jumat pekan lalu mencapai Rp 18,19 juta dengan volume perdagangan yang hanya mencapai 37.500 lembar saham.
Selain saham BIKA dan BATA, terdapat pula saham emiten perdagangan batu bara yakni PT RMK Energy Tbk (RMKE) yang ambrol 6,77% ke level Rp 620/saham pada perdagangan Jumat pekan lalu.
Nilai transaksi saham RMKE pada perdagangan Jumat pekan lalu mencapai Rp 16,63 miliar dengan volume perdagangan mencapai 25,88 juta lembar saham. Asing melego saham RMKE sebesar Rp 1,81 miliar di pasar reguler.
Pada kondisi saat ini, harga komoditas batu bara menjadi yang paling diperhatikan investor saat mengoleksi saham RMKE.
Secara keseluruhan, pada pekan lalu, harga batu bara masih menguat 6,6% secara point-to-point (ptp). Harga batu hitam juga melesat 32,2% dalam sebulan dan melonjak 238,6% dalam setahun.
Namun, Pada perdagangan Kamis lalu, harga batu bara sempat ambruk 5% ke US$ 390/ton. Penguatan pada Jumat pekan lalu sebesar 0,13% belum cukup untuk mengompensasi koreksi tersebut.
Jika melihat pertumbuhan kinerja keuangan dan operasional, RMKE mencatatkan pertumbuhan signifikan sepanjang 2021. Perseroan mencetak pendapatan bersih sebesar Rp 1,86 triliun, naik 194% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari posisi tahun lalu sebesar Rp 635,24 miliar.
Kinerja keuangan dan operasional yang positif sepanjang tahun 2021 tersebut didukung oleh kenaikan harga komoditas global, khusunya batu bara. RMKE mencatatkan volume angkutan batu bara yang meningkat 20% menjadi 6 juta ton tahun lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd)[Gambas:Video CNBC]