
Bursa Global Masih Galau, Tapi IHSG Cerah Pekan Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan ini cukup apik, di mana IHSG berhasil melesat lebih dari 2%.
Sepanjang pekan ini, Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut melejit 2,23% secara point-to-point. Pada perdagangan Jumat (3/6/2022) kemarin, IHSG ditutup menguat 0,48% ke level 7.182,96.
Pergerakan IHSG sepanjang pekan ini cenderung berada di zona hijau tanpa mengalami koreksi terlalu dalam. Pada perdagangan Kamis lalu, IHSG pun hanya terkoreksi tipis-tipis saja.
Selain cenderung konsisten di zona hijau, IHSG berhasil menyentuh kembali level psikologisnya di 7.100 pada pekan ini. Bahkan kini, IHSG sudah 'mepet' zona psikologis di 7.200.
Selama sepekan, nilai transaksi IHSG mencapai Rp 105,3 triliun. Investor asing tercatat melakukan aksi beli bersih (net buy) hingga mencapai Rp 6,12 triliun di seluruh pasar pada pekan ini.
Cerahnya IHSG pada pekan ini ditopang oleh rasa optimisme pasar global, meski sejatinya pasar saham global masih cenderung volatil pada pekan ini.
Optimisme pasar sempat pulih sejenak setelah inflasi dilaporkan melambat, dengan belanja konsumsi perorangan (personal consumption expenditure/PCE) tumbuh 4,9% per April, atau melambat jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 5,2%.
Indeks PCE menjadi acuan bank sentral AS untuk menentukan langkah moneter mereka selanjutnya. Jika inflasi terkendali, maka langkah agresif penaikan suku bunga AS bisa dihindari dan membantu mengurangi tekanan atas saham teknologi.
Namun sejatinya, investor global saat ini masih 'galau', karena inflasi di Eropa masih cukup tinggi. Inflasi Benua Biru menyentuh 8,1% di bulan Mei dan melampaui ekspektasi serta menandai rekor tertinggi ketujuh secara beruntun.
Di lain sisi, data ketenagakerjaan Negeri Paman Sam dilaporkan cenderung beragam. Pada Kamis lalu, data tenaga kerja menunjukkan kenaikan lapangan kerja baru dalam laju yang terlambat sejak era pandemi. Lapangan kerja di sektor swasta bertambah hanya 128.000 pada Mei, jika mengacu pada data ADP.
Angka itu d bawah estimasi ekonom dalam polling Dow Jones yang semula memperkirakan angka 299.000. Di sisi lain Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan klaim tunjangan pengangguran baru pekan lalu turun di bawah perkiraan pasar.
Sementara itu pada Jumat kemarin, Data tenaga kerja AS di luar sektor pertanian tumbuh 390.000 bulan lalu, atau di atas ekspektasi analis Dow Jones yang memprediksikan sebanyak 328.000 pekerjaan baru di bulan Mei.
Namun, kenaikan upah tercatat hanya sebesar 0,3% atau di bawah konsensus yang memproyeksikan kenaikan upah sebesar 0,4% dari bulan sebelumnya.
Meski pasar saham global masih cenderung 'galau', tetapi IHSG hanya berpengaruh sedikit saja yakni pada perdagangan Kamis lalu, sedangkan sisanya IHSG masih mampu menguat.
Selain dari global, inflasi di Indonesia yang mulai melandai secara bulanan juga turut mendorong IHSG cenderung mampu bertahan di zona hijau pada pekan ini.
Sebelumnya pada Kamis lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data inflasi Indonesia periode Mei 2022. Hasilnya sesuai ekspektasi pasar, laju inflasi mengalami perlambatan secara bulanan, begitu juga dengan inflasi inti.
Kepala BPS, Margo Yuwono melaporkan terjadi inflasi 0,4% pada Mei dibandingkan bulan sebelumnya, melambat dibandingkan April yang sebesar 0,95%. Sementara itu, inflasi tahunan tercatat 3,55% sedikit meninggi dari bulan sebelumnya yakni 3,47%.
"Inflasi Mei, beberapa komoditas penyumbang inflasi adalah tarif angkutan udara, telur ayam ras, bawang merah, dan ikan segar," kata Margo dalam konferensi pers Kamis (2/6/2022) lalu.
Tanda-tanda inflasi yang melandai juga bisa memberikan sentimen positif ke pasar finansial. Sebab, tekanan bagi Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga menjadi lebih kecil. Dengan suku bunga acuan di tahan di rekor terendah 3,5%, tentunya akan membantu pertumbuhan ekonomi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000