Asing Belanja Rp 4 T, Saham ADMR Diborong Hingga Rp 1,4 T

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
31 May 2022 18:00
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (9/5/2022). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (9/5/2022). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melonjak lebih dari 1% perdagangan terakhir di bulan Mei 2022, yakni Selasa (31/1/2022), seiring dengan optimisnya pelaku pasar pasca melandainya data belanja konsumsi perorangan di Amerika Serikat (AS).

Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup melonjak 1,58% ke level 7.148,97. Selain berhasil menembus level psikologis 7.100, indeks juga konsisten bergerak di zona hijau.

Data perdagangan mencatat nilai transaksi IHSG pada hari ini mencapai sekitaran Rp 35 triliun dengan melibatkan 32 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,6 juta kali. Sebanyak 320 saham menguat, 234 saham melemah, dan 146 saham stagnan.

Investor asing tercatat melakukan aksi beli bersih (net buy) cukup besar yakni mencapai Rp 4,08 triliun di seluruh pasar, di mana sebesar Rp 4,31 triliun terjadi di pasar reguler.

Asing paling banyak mengoleksi saham emiten batu bara sekaligus menjadi anak usaha PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), yakni PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR), hingga mencapai Rp 1,4 triliun. Sedangkan induknya yakni ADRO juga diborong asing hingga sebesar Rp 344,9 miliar.

Selain memborong saham ADMR-ADRO, asing juga memborong dua saham bank besar (big cap) yakni saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp 446,8 miliar dan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp 391,8 miliar.

Berikut saham-saham yang diborong oleh investor asing pada hari ini.

Net Buy Asing

Pergerakan IHSG juga sejalan dengan mayoritas bursa saham Asia yang berada di zona hijau kecuali indeks Nikkei Jepang yang melemah 0,33%.

IHSG memimpin penguatan dengan apresiasi lebih dari 1,5%. Di posisi kedua ada indeks Shanghai Composite yang menguat 1,19%.

Katalis positif untuk bursa saham China adalah tren penurunan kasus Covid-19 dan mulai dibukanya kembali perekonomian.

Pasar keuangan AS ditutup karena sedang memperingati memorial day di awal pekan ini. Namun pada pekan lalu indeks saham acuan Wall Street terpantau menguat. Indeks S&P 500 naik 4,64% minggu lalu setelah terkoreksi tajam.

Pelaku pasar di bursa AS terpantau memupuk optimisme setelah muncul data inflasi belanja perorangan dan rilis risalah rapat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

"Saya pikir ini menjadi awal reli melegakan yang lama ditunggu," tutur Sam Stovall, Kepala Perencana Investasi CFRA Research seperti dikutip CNBC International. "Ia menunggu beberapa katalis dan saya pikir salah satunya dari The Fed."

Faktor lain adalah pelemahan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun-yang menjadi acuan pasar-ke level 2,74% pada Jumat pekan lalu. Sebelumnya, imbal hasil surat berharga negara (SBN) AS tersebut sempat menyentuh angka 3%.

Pelemahan imbal hasil akan membantu mengurangi laju koreksi saham teknologi yang dikenal 'rakus' menerbitkan obligasi untuk membiayai ekspansi mereka. Imbal hasil SBN yang rendah akan berujung pada rendahnya kupon obligasi sehingga memperlonggar profitabilitas mereka.

Namun dengan penguatan IHSG yang signifikan hari ini, return bulanan pada Mei 2022 masih tercatat negatif 1,44% dari akhir April 2022.

Kinerja IHSG kembali menunjukkan tren historisnya. Secara historis sejak tahun 2011-2021, rata-rata return bulanan IHSG pada Mei memang minus 0,68%.

Probabilitas IHSG melemah di bulan Mei juga terbilang cukup tinggi yaitu sebesar 45%. Banyak yang mengaitkan tren ini dengan fenomena 'Sell in May and Go Away'.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Balas Dendam, tapi Apa Kuat ke 7.000 Lagi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular