
Shanghai Buka 'Gembok', Prospek Tembaga Cerah

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga stabil di harga tertinggi selama seminggu karena optimisme permintaan dari China, konsumen utama logam tembaga.
Pada Selasa (31/5/2022) pukul 14:55 WIB harga tembaga dunia stabil di US$ 9.525/ton, sama seperti harga penutupan kemarin.
"Ada ekspektasi permintaan yang lebih baik karena aktivitas industri pulih dan permintaan konsumen meningkat didukung oleh penurunan kasus COVID-19 di China, pembukaan kembali Shanghai, dan pabrikan dimulai kembali mulai Rabu," kata seorang pedagang logam di Singapura.
Pusat bisnis China, Shanghai, terus memantapkan persiapannya untuk mencabut kebijakan penguncian atau lockdown pada 1 Juni mendatang.
Adapun, kebijakan lockdown akibat gelombang baru pandemi Covid-19 di Shanghai dalam dua bulan terakhir telah memukul ekonomi kota tersebut. Akibatnya, rantai pasok dunia pun ikut terganggu.
Sementara itu, Ruan Qiantu, kepala cabang kota dari Jaringan Negara China mengatakan konsumsi listrik oleh perusahaan industri besar Shanghai naik terus dalam tiga minggu pertama Mei menjadi 83% dari tingkat 2021. Hal tersebut menandai upaya untuk meningkatkan utilitas industri di kota tersebut.
Hal ini mengaburkan kekhawatiran pelaku pasar terhadap pelemahan permintaan global. Soalnya China sendiri adalah konsumen tembaga olahan terbesar di dunia dengan mengonsumsi 54% dari total volume konsumsi tembaga dunia, melansir data Statista. Sehingga permintaan dari China mampu mempengaruhi laju harga tembaga dunia.
Analis pasar Reuters Wang Tao meyakini harga tembaga untuk menguat lebih lanjut terbuka lebar.
"Tembaga LME dapat menembus resistance di US$9.555/ton dan naik ke kisaran US$9.694 - US$9.797/ton minggu ini, seperti yang tercermin oleh inverted head-and-shoulders dan channel yang turun," tulis Wang dalam risetnya.
![]() |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Pertandingan' Terakhir, Tembaga Malah Tergelincir...