Shanghai Buka 'Gembok', Prospek Tembaga Cerah

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
31 May 2022 15:25
Indonesia lewat PT Indonesia Alumunium (Inalum) menguasai 51% saham PT Freeport Indonesia. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, melakukan kunjungan kerja ke tambang Freeport di Timika, Papua pada 2-3 Mei 2019.

Dalam acara, Jonan mengunjungi tambang emas legendaris milik Freeport Indonesia, yaitu Grasberg, yang lokasinya 4.285 meter di atas permukaan laut.

Tambang Grasberg ini akan habis kandungan mineralnya dan berhenti beroperasi pada pertengahan 2019 ini. Sebagai gantinya, produksi meas, perak, dan tembaga Freeport akan mengandalkan tambang bawah tanah yang lokasinya di bawah Grasberg.

Dalam kunjungan tersebut, Jonan didampingi Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas, Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin, serta sejumlah pejabat Kementerian ESDM.

Perjalanan menuju Grasberg dilakukan menggunakan bus khusus, dan sempat disambung dengan menggunakan kereta gantung atau disebut tram yang mengantarkan hingga ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut, dan disambung dengan bus lagi hingga ke puncak Grasberg.

Cuaca gerimis serta oksigen yang tipis menyambut kedatangan Jonan dan rombongan di lokasi puncak Grasberg.

Dalam kunjungannya Jonan mengatakan, tantangan saat ini adalah membuat operasional Freeport terus berjalan dengan baik, dan produksi, keselamatan kerja, serta lingkungan dapat terjaga dengan baik.

Jonan meminta agar tidak ada hambatan dalam pengelolaan tambang Freeport pasca pengambilalihan 51% saham oleh Inalum.

Jonan juga meminta agar ke depan peranan Freeport terhadap masyarakat Papua makin besar, lewat pembangunan sarana dan prasarana seperti sekolah serta rumah sakit atau puskesmas. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
Foto: Tambang Freeport Grasberg, Timika (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga stabil di harga tertinggi selama seminggu karena optimisme permintaan dari China, konsumen utama logam tembaga.

Pada Selasa (31/5/2022) pukul 14:55 WIB harga tembaga dunia stabil di US$ 9.525/ton, sama seperti harga penutupan kemarin.

"Ada ekspektasi permintaan yang lebih baik karena aktivitas industri pulih dan permintaan konsumen meningkat didukung oleh penurunan kasus COVID-19 di China, pembukaan kembali Shanghai, dan pabrikan dimulai kembali mulai Rabu," kata seorang pedagang logam di Singapura.

Pusat bisnis China, Shanghai, terus memantapkan persiapannya untuk mencabut kebijakan penguncian atau lockdown pada 1 Juni mendatang.

Adapun, kebijakan lockdown akibat gelombang baru pandemi Covid-19 di Shanghai dalam dua bulan terakhir telah memukul ekonomi kota tersebut. Akibatnya, rantai pasok dunia pun ikut terganggu.

Sementara itu, Ruan Qiantu, kepala cabang kota dari Jaringan Negara China mengatakan konsumsi listrik oleh perusahaan industri besar Shanghai naik terus dalam tiga minggu pertama Mei menjadi 83% dari tingkat 2021. Hal tersebut menandai upaya untuk meningkatkan utilitas industri di kota tersebut.

Hal ini mengaburkan kekhawatiran pelaku pasar terhadap pelemahan permintaan global. Soalnya China sendiri adalah konsumen tembaga olahan terbesar di dunia dengan mengonsumsi 54% dari total volume konsumsi tembaga dunia, melansir data Statista. Sehingga permintaan dari China mampu mempengaruhi laju harga tembaga dunia.

Analis pasar Reuters Wang Tao meyakini harga tembaga untuk menguat lebih lanjut terbuka lebar.

"Tembaga LME dapat menembus resistance di US$9.555/ton dan naik ke kisaran US$9.694 - US$9.797/ton minggu ini, seperti yang tercermin oleh inverted head-and-shoulders dan channel yang turun," tulis Wang dalam risetnya.

Teknikal TembagaSumber: Reuters

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Pertandingan' Terakhir, Tembaga Malah Tergelincir...

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular