Dolar AS Masih Lesu, Eh Rupiah Malah Balik Melemah Siang Ini

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
31 May 2022 11:28
FILE PHOTO: An Indonesia Rupiah note is seen in this picture illustration June 2, 2017. REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo
Foto: REUTERS/Thomas White

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah sempat menguat tipis sebelum akhirnya kembali terkoreksi terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga di pertengahan hari, Selasa (31/5). Padahal, indeks dolar AS sedang lesu di pasar spot, bahkan sempat menyentuh level terendah selama lima pekan.

Melansir Refinitiv, Mata Uang Tanah Air di sesi awal perdagangan sempat menguat tipis 0,05% ke Rp 14.550/US$. Sayangnya, rupiah kembali berbalik arah dan terkoreksi 0,26% ke Rp 14.595/US$ hingga pukul 11:00 WIB.

Di pertengahan hari, indeks dolar AS terpantau melemah 0,02% terhadap 6 mata uang dunia lainnya dan berada di level 101,651, setelah menyentuh level terendah selama lima pekan di 101,29 pada Senin (30/5).

"Fokus telah bergeser dari inflasi yang lebih tinggi dan lebih banyak kenaikan suku bunga, menjadi kekhawatiran tentang apakah pengetatan Fed telah memberi tekanan pada ekonomi, dan itu telah menyebabkan dolar melemah selama beberapa minggu terakhir," kata Redmond Wong, ahli strategi pasar di Saxo Markets Hong Kong dikutip dari Reuters.

Rebound sentimen terhadap aset dan mata uang berisiko yang sebagian disebabkan oleh pelonggaran lockdown di pusat keuangan China, Shanghai, juga membebani safe-haven greenback baru-baru ini.

Kemarin, Gubernur bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) Christopher Waller menyerukan kenaikan yang lebih agresif lagi.

"Saya menganjurkan 50 (kenaikan basis poin) di atas meja setiap pertemuan sampai kita melihat pengurangan inflasi yang substansial. Sampai kita mendapatkan itu, saya tidak melihat titik untuk berhenti," kata Waller.

Komentar Waller muncul menjelang pertemuan pada hari ini antara Ketua Fed Jerome Powell dan Presiden AS Joe Biden untuk diskusi yang diadakan oleh Gedung Putih tentang keadaan ekonomi AS dan global.

Meski The Fed mengindikasikan kebijakan moneter yang kian ketat, Bank Indonesia (BI) masih enggan mengekor.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 23-24 Mei 2022 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%.

Meski demikian, BI juga mengambil langkah-langkah guna menjaga stabilitas rupiah, yakni mempercepat normalisasi kebijakan likuiditas dengan menaikkan GWM secara bertahap.

"Secara keseluruhan memang dengan kenaikan GWM ini akan mengurangi likuiditas di perbankan sekitar Rp 110 triliun, namun rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masih tinggi sekira 28% sampai akhir tahun ini, masih jauh di atas rasio sebelum pandemi Covid yang sebesar 21%," jelas Gubernur BI Perry Warjiyo.

Penyerapan likuiditas tersebut diharapkan mampu membuat rupiah lebih stabil. Memang, rupiah sempat stabil menguat terhadap si greenback selama empat hari beruntun, tapi hari ini rupiah kembali tertekan setelah Gubernur Fed Christopher Waller memberikan pernyataan yang hawkish kemarin.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular