
Bursa Asia Lagi Happy! Nikkei-Hang Seng Melejit 2% Lebih

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik ditutup pada perdagangan Senin (30/5/2022), di tengah ekspektasi pasar bahwa inflasi di Amerika Serikat (AS) akan terus melunak dan mereka juga mengurangi prediksinya terhadap keagresifan bank sentral AS.
Indeks Nikkei Jepang memimpin penguatan bursa Asia-Pasifik pada hari ini, yakni melejit 2,19% ke level 27.369,43. Kemudian, indeks Hang Seng Hong Kong menjadi runner up cerahnya bursa Asia-Pasifik hari ini, yakni melompat 2,06% ke posisi 21.123,93.
Nikkei dan Hang Seng berhasil melonjak lebih dari 2%, ditopang oleh melesatnya saham-saham teknologi. Di Jepang, saham produsen robot yakni Fanuc ditutup melonjak 4,66%. Sedangkan di Hong Kong, saham Tencent ditutup melesat 2,4% dan saham NetEase melompat 2,58%.
Sementara untuk bursa Asia-Pasifik lainnya juga terpantau cerah pada hari ini. Indeks Shanghai Composite China ditutup menguat 0,6% ke level 3.149,06, ASX 200 Australia melonjak 1,45% ke 7.286,6, dan Straits Times Singapura terapresiasi 0,26% ke posisi 3.238,92.
Berikutnya KOSPI Korea Selatan melesat 1,2% ke level 2.669,66 dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir naik 0,16% ke posisi 7.037,565.
Meski di kawasan Asia-Pasifik pada hari ini tidak ada rilis agenda dan data ekonomi, tetapi investor tetap memantau beberapa rilis data ekonomi penting yang akan dirilis pada pekan ini, dimulai pada Selasa besok yakni data aktivitas manufaktur China pada periode Mei 2022.
Cerah bergairahnya bursa Asia-Pasifik pada hari ini terjadi di tengah optimisme pasar bahwa inflasi global akan melunak. Hal ini pun membuat bursa saham AS, Wall Street berhasil menguat selama tiga hari beruntun jelang perdagangan akhir pekan lalu.
Pada Jumat pekan lalu, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melonjak 1,76%, S&P 500 melejit 2,47%, dan Nasdaq Composite terbang 3,33%.
Optimisme pasar bangkit setelah inflasi dilaporkan melambat, dengan belanja konsumsi perorangan (personal consumption expenditure/PCE) AS tumbuh 4,9% per April 2022, atau melambat jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 5,2%.
Indeks PCE menjadi acuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk menentukan langkah moneter mereka selanjutnya. Jika inflasi terkendali, maka langkah agresif penaikan suku bunga AS bisa dihindari dan membantu mengurangi tekanan atas saham teknologi.
Optimisme akan perlandaian inflasi tersebut memicu pelemahan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun-yang menjadi acuan pasar, ke bawah level 2,75% dari posisi tertinggi sepanjang tahun ini di angka 3%.
Meski demikian, pelaku pasar masih menimbang-nimbang prospek keberlanjutan penguatan pasar saham global untuk melihat apakah koreksi yang terjadi sudah menyentuh dasarnya ataukah masih berlanjut.
Pasalnya, situasi global masih dicekam ketidakpastian akibat perang Rusia-Ukraina yang masih terjadi hingga kini dan belum ada tanda-tanda akan damai.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam
