Review Sepekan

Tunggu Aturan DMO, Harga CPO Dunia Melesat 4% Pekan Ini

Tim Riset, CNBC Indonesia
29 May 2022 12:45
PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJ)
Foto: PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJ)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) naik 3,99% sepanjang pekan ini. Kenaikan ini salah satunya didorong oleh kegelisahan para pedagang yang masih menunggu aturan lebih lanjut terkait pemberlakuan kebijakan penjualan lokal atau Domestic Market Obligation (DMO di Indonesia.

Dalam sepekan harga CPO naik dalam tiga hari dan melemah pada perdagangan hari Rabu (25/5) dan Jumat (27/5). Kenaikan pekan ini terjadi meskipun pasokan minyak nabati dunia yang perlahan mulai pulih serta proyeksi penurunan permintaan jangka pendek akibat lockdown di China.

Mengacu pada data Refinitiv, harga CPO yang diperdagangkan di bursa Malaysia dibanderol di level MYR 6.353/ton atau naik tipis 3,99% dari posisi yang sama pekan lalu. Akan tetapi secara harian harga CPO melemah 2,75%.

Meski keran ekspor CPO sudah kembali dibuka oleh pemerintah Indonesia, para analis masih khawatir akan pasokan CPO yang berkelanjutan karena aturan lengkap terkait DMO masih belum dirilis.

Analis minyak nabati terkemuka dan merupakan Direktur Godrej International Mistry pada hari Kamis memperingatkan bahwa penghentian pengiriman sambil menunggu rincian aturan penjualan domestik dapat menyebabkan "malapetaka" ekonomi bagi petani.

Dalam sebuah surat terbuka kepada pemerintah Indonesia yang dibagikan kepada beberapa media internasional, Mistry mengatakan produsen dan eksportir minyak sawit terbesar di dunia sedang menuju ke "situasi bencana" karena persediaan telah mencapai rekor tertinggi dalam sejarah melebihi tujuh juta ton.

"Jika ekspor [besar-besaran] tidak dimulai sebelum akhir Mei, kami memperkirakan situasi di mana semua tangki penyimpanan akan penuh dan industri akan terhenti," katanya yang dikutip dari Reuters.

Dia juga menambahkan bahwa kerugian tersebut tentunya akan berdampak buruk pada petani Indonesia.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah membuka kembali keran ekspor CPO Indonesia dan memberlakukan kebijakan penjualan lokal atau Domestic Market Obligation (DMO), tapi eksportir telah menahan pengiriman karena mereka menunggu perincian aturan terbaru.

Menurut Mistry bahwa petani di Indonesia sudah dibebani dengan pungutan dan pajak yang lebih tinggi sebesar US$ 575 per ton dibandingkan dengan rekan-rekan mereka di Malaysia yang membayar US$ 125 per ton.

Mistry menambahkan bahwa di awal Juni akan ada curah hujan tinggi sehingga ada potensi ledakan pada produksi CPO. Tidak hanya itu, larangan ekspor CPO Indonesia sebelumnya telah memaksa negara-negara lain untuk melepas ketergantungan pada kelapa sawit Indonesia dengan berbagai cara, termasuk menerapkan bebas bea masuk untuk minyak nabati yang dilakukan ini. Hal ini pada akhirnya diharapkan dapat membuat harga CPO lebih murah.

Kombinasi dari tangki penyimpanan penuh, potensi ledakan pada produksi, permintaan yang buruk, dan ekspor yang dibatasi, kemungkinan akan membawa malapetaka bagi petani Indonesia.

Mistry mengungkapkan bahwa potensi bencana ekonomi bagi petani tersebut dapat dihindari jika pemerintah segera mengadopsi kebijakan ekspor tak terbatas yang diungkapkan sebagai solusi win-win bagi petani dan pembeli.

Dari negeri Jiran, nilai ekspor produk minyak sawit Malaysia periode 1-25 Mei naik 23,9% menjadi 1.112.175 ton dari 897.683 ton, seperti yang dilaporkan oleh Diler Kargo Societe Generale de Surveillance pada Kamis (26/5).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Dibuka Melemah, Harga CPO Naik 1,99%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular