Review

Bulan Mei, Batu Bara Masih Jadi Juaranya Komoditas! Naik 37%

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
01 June 2022 16:40
Tambang batu bara di  Ahmedabad, India
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Bulan Mei masih jadi bulannya komoditas sektor energi. Batu bara jadi juara dengan harga yang melonjak 37% lebih. Kemudian diikuti oleh gas alam dan minyak mentah.

Sementara komoditas logam harus merana. Duo komoditas green energy yaitu timah dan nikel harus puas bertengger di urutan paling bontot dengan penurunan 10% lebih.

Kenaikan harga batu bara pada bulan Mei ditopang oleh permintaan yang melonjak dari beberapa negara seperti Inggris dan India. Namun di sisi lain para produsen seperti Indonesia dihantui gangguan cuaca yang berpotensi menyebabkan kesenjangan antara permintaan dan pasokan.

Perseteruan antara Rusia dan Uni Eropa soal pasokan energi jadi booster lonjakan minyak dan gas alam. Maklum, Rusia adalah pemasok terbesar migas Eropa dan dunia. Sehingga pasokan dari Kremlin dapat mempengaruhi gerak minyak dunia.

Lonjakan kasus virus corona (Coronavirus Disease 2019/Covid-19) di China jadi pembeban kinerja logam dunia. Pasalnya China adalah konsumen terbesar logam dunia.

Ditambah dengan kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) mendongkrak dolar sehingga membuat harga komoditas logam yang dibanderol dengan greenback jadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain. Permintaan turun, harga mengikuti.

Harga batu bara dunia melejit 37,02% point-to-point (ptp) sepanjang bulan Mei 2021. Faktor melambungnya harga batu bara masih disebabkan ketatnya pasokan di tengah tingginya permintaan.

Permintaan batu bara dari Inggris kemungkinan akan mengalami peningkatan. Inggris membuka opsi untuk mengoperasikan pembangkit listrik batu bara selama musim dingin tahun ini.

Pembangkit listrik Inggris selama ini menggantungkan 50% sumber energinya dari gas Rusia. Inggris pun kini tengah mencari sejumlah opsi untuk mencari sumber energi alternatif, termasuk batu bara.

Sementara di China, pusat bisnis China, Shanghai, terus memantapkan persiapannya untuk mencabut kebijakan penguncian atau lockdown pada hari ini.

Ruan Qiantu, kepala cabang kota dari Jaringan Negara China mengatakan konsumsi listrik oleh perusahaan industri besar Shanghai naik terus dalam tiga minggu pertama Mei menjadi 83% dari tingkat 2021. Hal tersebut menandai upaya untuk meningkatkan utilitas industri di kota tersebut.

Pembangkit listrik di China menggunakan batu bara. Sehingga akan meningkatkan permintaan.

Permintaan dari India juga masih akan kuat karena Negeri Bollywood akan terus mengamankan pasokan untuk menghadapi lonjakan penggunaan listrik akibat gelombang panas.

Sementara dari sisi pasokan, gangguan cuaca akan jadi tantangan para produsen batu bara.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan fenomena La Nina membuat musim kemarau di Indonesia mundur. Hujan deras masih terjadi di wilayah Indonesia hingga akhir Mei termasuk di kantong-kantong produsen batu bara seperti Sumatra dan Kalimantan.

Jika hujan deras terus berlanjut, produksi batu bara Indonesia bisa terganggu padahal Indonesia tengah menggenjot produksi untuk memenuhi permintaan global.

Curah hujan tinggi juga terjadi di negara bagian Odisha, Jharkhand, Chhattisgarh, dan Bengal Barat membuat produksi batu bara terancam terganggu. Padahal daerah-daerah tersebut menyumbang hampir separuh produksi batu bara d Negeri Bollywood.

Di urutan kedua, ada gas alam yang harganya menguat 12,44% ptp sepanjang bulan Mei. Kendala pasokan masih akan membayangi komoditas gas alam. Menggantikan Rusia tidak mudah. Pasalnya Rusia berkontribusi 16% terhadap produksi gas alam dunia pada tahun 2020.

Kepala Kebijakan Energi Uni Eropa mengatakan pihaknya akan mengurangi ketergantungan bahan bakar gas dari Rusia. Sejak perang Rusia ke Ukraina, Rusia telah memutus pasokan gas ke Polandia, Bulgaria dan Finlandia. Hal itu setelah negara-negara tersebut menolak membayar pembelian bahan bakar dalam bentuk Rubel.

Hal ini membuat kesenjangan pasokan gas alam dunia menganga. Sebabnya pasokan gas dari Rusia yang beredar di pasar makin susut.

Sementara itu, harga gas alam dengan patokan Henry Hub diperkirakan akan naik menjadi US$ 5,27 per mmbtu pada tahun 2022. Ini akan jadi yang tertinggi sejak 2008. Mengutip Reuters, Bank Amerika memperkirakan harga gas akan mencapai US$ 6,4 per mmbtu.


Sementara itu harga minyak mentah dunia menguat seiring dengan aksi embargo oleh Uni Eropa, membuat pasokan Rusia di dunia akan menyusut. Harga minyak mentah dunia menguat 12,35% sepanjang bulan Mei.

Pada Selasa (31/5/202) harga minyak mentah jenis Brent ditutup di US$ 122,84. Sedangkan yang jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) harganya US$ 114,67/barel.

Embargo minyak Rusia tersebut merupakan bagian dari paket sanksi keenam Uni Eropa terhadap Rusia sejak menyerang Ukraina. Pembicaraan untuk memberlakukan embargo minyak telah berlangsung sejak awal bulan.

"Dewan Eropa setuju bahwa paket keenam sanksi terhadap Rusia akan mencakup minyak mentah, serta produk minyak bumi, yang dikirim dari Rusia ke Negara-negara Anggota, dengan pengecualian sementara untuk minyak mentah yang dikirim melalui pipa," menurut pernyataan Dewan Eropa, mengutip CNBC Internasional pada Selasa (31/5/2022).

Charles Michel, presiden Dewan Eropa, pun mengatakan langkah embargo akan segera mencapai 75% dari impor minyak Rusia.

Sementara itu, timah jadi yang terburuk kinerjanya. Harga timah anjlok 13,8%. Pada Selasa (31/5/2022) harga timah dunia ditutup di US$ 34.670/ton. Posisi ini jauh di bawah saat mengawali bulan US$ 40.259/ton.

Harga timah melorot karena pasokan yang melimpah di pasar, terutama dari Indonesia dan Peru. Sedangkan permintaan dari China, konsumen utama dunia sedang lesu. Indonesia adalah produsen terbesar kedua timah di dunia dan berkontribusi terhadap 23,6% produksi dunia. Sementara Peru kontribusinya 9%.

Produksi tambang timah Peru melesat 40% pada tahun 2021 menjadi 28,9 juta ton. Peningkatan ini tak lepas dari proyek tailing B2 di tambang San Rafael.

Pertumbuhan hasil produksi tambang timah diperkirakan akan berlangsung pada tahun 2022 dan 2023. Fitch Solution melihat pertumbuhan tambang timah akan tumbuh 1,4% pada 2022 dan 1,1% pada tahun 2023.

Sementara Indonesia mengekspor 9.243,57 ton pada bulan April. Jumlah tersebut naik 31,91% dibanding periode yang sama pada tahun lalu (year-on-year/yoy) menurut data Kementerian Perdagangan. Jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, ekspor timah naik 38,5% month-to-month/mtm).

Pasokan melonjak di tengah permintaan yang terhambat karena pembatasan aktivitas di China. Strategi nol Covid-19 di China dan lockdown sangat berdampak pada rantai pasokan timah dunia.

Pasalnya, China adalah konsumen timah terbesar di dunia dengan konsumsi 216.200 ton pada tahun lalu, melansir Statista.


(ras/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga 'Harta Karun' Mulai Berguguran, Besok Naik Lagi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular