Investor Lepas SBN, Yield Menguat Ada yang Naik 22 basis poin

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
27 May 2022 18:52
US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)
Foto: US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup melemah pada perdagangan Jumat (27/5/2022) akhir pekan ini, di tengah pulihnya pasar saham global, termasuk di Indonesia.

Mayoritas investor cenderung melepas SBN pada hari ini, ditandai dengan menguatnya imbal hasil (yield). Hanya SBN tenor 5, 10, dan 30 tahun yang ramai diburu oleh investor ditandai dengan turunnya yield dan penguatan harga.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 5 tahun turun 5,8 basis poin (bp) ke level 6,228%, sedangkan yield SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara melemah 6,2 bp ke level 7,141%, dan yield SBN berjatuh tempo 30 tahun turun 1,1 bp ke level 7,284%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Pasar saham global mulai kembali pulih dari zona koreksinya pada hari ini, termasuk di Indonesia di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melonjak lebih dari 2%.

Meski selera risiko investor kembali pulih, tetapi hal ini masih cenderung sementara karena banyak investor masih memperkirakan pasar akan tetap bergejolak dalam beberapa waktu mendatang.

Hal ini juga terlihat dari pergerakan yield obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS), US Treasury pada hari ini yang cenderung kembali melemah.

Berdasarkan data dari CNBC International, yield Treasury tenor 10 tahun cenderung turun 2,9 bp ke level 2,729% pada pukul 07:13 waktu AS atau pukul 18:13 WIB, dari sebelumnya pada penutupan perdagangan Kamis kemarin di level 2,758%.

Yield Treasury sebagian besar bergerak lebih rendah pada pekan ini, karena investor mencari perlindungan dari aksi jual besar-besaran di pasar saham.

Perilisan pendapatan perusahaan yang mengecewakan dari sejumlah saham teknologi telah memicu kekhawatiran bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi dapat mulai terlihat melalui data perusahaan.

Selain itu, rencana bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang akan secara agresif menaikkan suku bunga untuk memerangi inflasi telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor bahwa hal ini akan berkontribusi pada penurunan ekonomi.

Risalah pertemuan The Fed yang dirilis Rabu lalu menunjukkan bahwa pembuat kebijakan sepakat untuk kenaikan suku bunga setengah poin persentase (50 bp) di bulan Juni dan Juli, sejalan dengan komunikasi yang sudah dilakukan sebelumnya.

Sementara itu, investor di AS pada hari ini akan memantau data inflasi penting lainnya yakni data indeks harga konsumen pribadi (personal consumption expenditure/PCE) yang akan dirilis pada pukul 08:30 waktu AS atau pukul 19:30 WIB.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular